CANBERRA -- Sebuah pemeriksaan kembali dilakukan terkait tenggelamnya perahu pencari suaka perahu di perairan antara Indonesia dan Pulau Christmas pada Juni lalu yang menyebabkan 100 orang tewas.
Australia Otoritas Keselamatan Maritim telah menolak saran yang dibuat selama pemeriksaan coronial ke perahu tenggelam fatal yang tidak merespon terhadap panggilan darurat.
Sekitar 110 penumpang kapal berhasil diselamatkan dan 102 pencari suaka tewas setelah perahu mereka terbalik antara Indonesia dan Pulau Christmas pada bulan Juni tahun lalu.
Dalam sebuah interogasi, Juru Bicara AMSA, Alan Lloyd membantah klaim institusinya tidak merespon secara memadai ketika menerima panggilan darurat.
Dia menjelaskan AMSA telah menanggapi serius panggilan darurat dan bahwa institusi tersebut menangani 8.000 insiden per tahun dan memiliki 99,6 persen tingkat keberhasilan.
Llyod menolak menyampaikan rincian dan penilaian panggilan darurat saat itu dengan alasan informasi itu nanti dapat disalahgunakan oleh para penyelundup manusia untuk memanipulasi sitem.
Sebuah laporan yang telah disiapkan oleh sejumlah agensi termasuk Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan Australia, diajukan dalam pemeriksaan dan merujuk pada sejumlah tindakan yang telah AMSA lakukan.
Laporan itu menyebut AMSA bisa saja membuat siaran darurat yang dapat ditangkap oleh kapal disekitar lokasi peristiwa untuk memberi bantuan, itu tindakan lebih proaktif ketimbang berkontak dengan kapal dan bisa menggunakan provider telekomunikasi untuk member tahu lokasinya.
Saat ditanya apakah Indonesia dan Australia berinteraksi sehingga kedua pihak tim penyelamat mengetahui sumber daya masing masing memungkinan untuk penyelematan, Llyod menjawab “biasanya, tidak.”
Dia mengatakan AMSA memiliki pemahaman yang strategis saja.
Penyelidik Negara Alastair Hope menyatakan terkejut pada respon yang diberikan.
"Ini mengejutkan saya bahwa anda tidak tahu apa yang masing-masing punya," katanya.