REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para sopir metromini menolak keras rencana pembubaran angkutan bercat merah yang dilontarkan oleh Dinas Perhubungan. Mereka menilai, pemerintah tidak bisa membubarkan metromini hanya karena ulah satu oknum.
"Enggak setuju lah, enggak semua supir metromini begitu kok, " ujar Hendrik, salah satu sopir Metromini 640 jurusan Pasar Minggu-Tanah Abang.
Menurut Hendrik, keberadaan sopir tembaklah yang membuat citra metromini menjadi buruk. Sebab, kata dia, sopir tembak sering kali mengemudikan bus secara ugal-ugalan. Sopir tembak yang kebanyakan masih remaja tersebut, lanjut dia, juga umumnya tidak memiliki SIM.
"Kalau sopir asli harus punya SIM B 1 Umum," kata dia ketika ditemui di Tanah Abang, Kamis (25/7). Hendrik melanjutkan, mengenai kendaraan yang mayoritas sudah tidak layak jalan disebabkan oleh banyaknya mobil yang sudah berusia tua.
Dia menyebutkan ada mobil yang sudah berusia 30 tahun dan masih dipakai. Namun, lanjut Hendrik, setiap akan keluar pool, setiap kendaraan akan diperiksa oleh montir.
"Jadi kita tinggal langsung berangkat saja. Minyak dan rem dia yang cek semua," ujar pria yang sudah berprofesi sebagai sopir selama 26 tahun ini.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Udar Pristono, saat ditemui ketika sedang bertugas di Tanah Abang mengatakan, sebelum metromini dibubarkan, pihaknya akan terus melakukan razia pada kendaraan yang tidak layak jalan. "Kita tangkapin yang surat-suratnya tidak lengkap," ujarnya.
Sebelumnya, Pristono mengancam akan membubarkan metromini jika tidak bisa memberikan layanan yang baik kepada penumpang. Wacana tersebut dia lontarkan pascaadanya insiden bus metromini yang menabrak tiga siswi SMP di Jakarta Timur. Satu di antara tiga korban tersebut tewas, sementara dua korban lainnya kritis.