Kamis 25 Jul 2013 23:58 WIB

Rob Kembali Landa Pisangan, Enam Rumah Roboh

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Djibril Muhammad
Banjir rob  (ilustrasi)
Foto: Antara
Banjir rob (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Banjir rob kembali melanda pemukimam di pinggiran Pantai Pisangan, di Dusun Pisangan, Desa Cemara Jaya, Kecamatan Cibuaya. Banjir rob kali ini cukup parah. Pasalnya, ketinggian air mencapai dua meter. Akibatnya, enam dari seratus rumah penduduk dikabarkan roboh.

Kepala Desa Cemara Jaya, Yonglim Supardi, mengatakan, banjir rob itu terjadi sejak empat hari terakhir. Air laut pasang dan membanjiri daratan. Parahnya lagi, ombak air laut mencapai dua meter. Akibat hantaman ombak ini, enam rumah warga roboh.

"Warga yang rumahnya roboh, harus mengungsi," ujarnya, kepada Republika, Kamis (25/7).

Rumah warga yang sering diterjang rob ini, lanjut Yonglim, mencapai seratus unit. Sampai saat ini, mereka bertahan di rumah tersebut. Meskipun, rob setiap saat mengancam keselamatan mereka.

Alasan mereka tak mau pindah, sebab kesulitan mencari rumah pengganti. Apalagi, untuk membangun rumah baru dibutuhkan biaya yang cukup tinggi. Selain itu, mereka tinggal di wilayah tersebut sudah bertahun-tahun lamanya.

Yonglim menuturkan, abrasi pantai di wilayah ini sangat parah. Dulu, jarak bibir pantai dengan pemukiman warga sangat jauh. Sampai dua kilometer. Kemudian, terus menyusut sampai ratusan meter. Kini, jaraknya tinggal dua meter saja antara pantai dengan pemukiman. Jadi, wajar jika setiap saat rumah warga itu diterjang gelombang.

Terkait dengan banjir rob ini, sambung dia, pemerintahan desa sudah melaporkan kondisi ini ke kecamatan dan dinas terkait. Namun, laporan itu belum ada jawaban. Dengan begitu, warga yang jadi korban banjir rob sampai saat ini harus berjuang sendiri. Tanpa ada bantuan dari pemerintah.

Sementara itu, Tata Permana (52 tahun), warga setempat, mengatakan, gelombang tinggi telah menghancurkan rumah warga. Selain itu, air pasang laut juga merendam jalan. Akibatnya, mobilitas warga terganggu karena jalan akses penghubungnya terendam air setinggi 50 centimeter. "Akses jalan ke dusun kami hampir terputus, gara-gara rob," ujarnya.

Untuk menuju Dusun Pisangan, warga setempat terpaksa harus berjalan kaki. Mengingat kendaraan roda dua dan empat, tak bisa memasuki kawasan itu. Karena jalannya rusak parah dan terputus.

Tata mengaku, banjir rob ini datangnya setiap malam. Tepatnya, dari pukul 20.00 WIB sampai 02.00 WIB. Karena itu, setiap malam pula warga melakukan waspada. Sebab, khawatir gelombang akan merobohkan rumah. "Setiap malam kami begadang," ujarnya.

Meskipun sudah empat hari diterjang rob, Tata melanjutkan, namun belum ada perhatian dari pemerintah. Solusi untuk mengatasinya, yaitu warga membuat tanggul penahan dari karung yang berisi pasir. Akan tetapi, tanggul yang sederhana itu, tidak kuat jika harus sering-sering dihantam ombak.

Sebenarnya, warga menginginkan adanya bantuan tanggul permanen. Dengan kata lain, pemerintah membuatkan bangunan pemecah gelombang. Sehingga, ketika air laut pasang, air tersebut tidak menghantam rumah warga. Melainkan, menghantam tanggul tersebut.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement