Jumat 26 Jul 2013 14:38 WIB

Irman: Konvensi Capres Demokrat Jadi Model Rekrutmen Pemimpin Nasional

Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Irman Gusman
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Irman Gusman

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Ketua DPD RI Irman Gusman mengatakan seleksi calon presiden melalui proses konvensi akan memberikan manfaat positif bagi bangsa Indonesia.

"Konvensi calon presiden yang diselenggarakan partai politik merupakan upaya demokratisasi," kata Irman Gusman di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, seperti dikutip Antara, Jumat (26/7).

Menurut Irman, stigma terhadap partai politik dalam pengusungan calon presiden selama ini adalah oligarkis, sehingga konvensi yang akan diselenggarakan Partai Demokrat diharapkan memberikan paradigma baru bagi bagi partai politik di indonesia.

Jika pola konvensi ini nantinya sudah berjalan baik, menurut dia, maka rekrutmen calon presiden oleh partai politik tidak lagi dengan pola konvensional, yakni hanya mengusung elite partai politik tersebut.

"Dalam paradigma demokratisasi di partai politik, maka seorang ketua umum partai politik tidak otomatis jadi calon presiden," ucapnya.

Irman optimistis, konvensi calon presiden yang akan diselenggarakan Partai Demokrat kelak akan menjadi model rekrutmen calon pemimpin nasional.

Proses seleksi melalui konvensi, menurut dia, akan diterima mamsyarakat karena memberikan ruang bagi rakyat untuk menyampaikan aspirasi dan memilih.

Anggota DPD RI dari Provinsi Sumatera Barat ini menambahkan, dirinya siap mengikuti konvensi calon presiden yang akan diselenggarakan Partai Demokrat karena mendapat tawaran dari Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono.

Menurut dia, dirinya siap mengikuti konvensi calon Presiden dari Partai Demokrat sebagai upaya untuk mempercepat proses demokratisasi.

"Sebagai ketua DPD yang bukan merupakan elite partai politik, saya juga ingin ada ruang untuk capres dari jalur independen," ujarnya.

Namun hal itu, kata dia, tidak ada dalam UUD 1945 yang hanya mengatur bahwa pengusungan calon presiden melalui partai politik atau gabungan parai politik.

Sebelumnya, Board of Advisor Center for Strategic and International Studies (CSIS), Jeffrie Geovanie, mengatakan, konvensi calon presiden (capres) yang akan digelar Partai Demokrat dinilai bisa membuka peluang terciptanya regenerasi kepemimpinan nasional.

Jeffrie adalah pengamat politik yang pertama kali mengusulkan agar Partai Demokrat menggelar konvensi untuk menjaring calon presiden 2014. Ia mengusulkan perlunya digelar konvensi untuk menciptakan regenerasi kepemimpinan nasional.

''Saat ini, kita mengakami kebuntuan regenerasi politik. Konvensi bisa membuka peluang regenerasi kepemimpinan nasional,'' ujar Board of Advisor Center for Strategic and International Studies (CSIS), Jeffrie Geovanie, beberapa waktu lalu kepada ROL.

Ia menilai, sejumlah calon presiden yang sudah bermunculan lebih mewakili politisi dan genarasi masa lalu. Jeffrie menegaskan, banyaknya capres generasi tua, bertentangan dengan perkembangan masyarakat, yang pemilih mayoritas merupakan generasi baru, berumur di bawah lima puluh tahun.

“Capres yang muncul dari partai-partai umumnya bukan berasal dari generasi baru,” ungkapnya. Namun, pendiri The Indonesian Institute itu mengaku bersyukur karena masih ada partai yang akan menggelar konvensi untuk menjaring capres yang akan bertarung di bursa Pilpres 2014.

Jeffrie memperkirakan Partai Demokrat akan membuat konvensi secara terbuka, tidak membatasi generasi. ''Jadi membuka peluang bagi generasi baru yang merupakan generasi pemilih mayoritas.''

Ia berharap tokoh muda seperti Jokowi, Gita Wirjawan, Sri Mulyani, Marzuki Alie, Dahlan Iskan, Irman Gusman, Mahfud MD, Chaerul Tandjung, Hari Tanoesudibyo, Soetrisno Bachir dan banyak lagi, ikut daftar dan diterima sebagai calon oleh panitia konvensi nanti.

Tokoh-tokoh muda itu, kata dia, akan sulit diakomodasi partai-partai lain untuk jadi calon presiden. ''Jadi Demokrat membuka peluang untuk regenerasi itu.

Jeffrie berharap Partai Demokrat terbuka dalam mekanisme dan penetapan hasil akhir dari konvensi capres. “Kalau tidak terbuka dan demokratis, akan jadi bomerang,” tuturnya.

Ia berharap konvensi capres Partai Demokrat tidak seperti konvensi capres yang pernah digelar Golkar pada 2004. ''Karena, menurut dia, konvensi Golkar dulu elitis dan tertutup dilihat dari sisi pemilihnya. Pemilih sama sekali tidak terlibat. Yang memilih dalam konvensi Golkar adalah pengurus Golkar sendiri, dari cabang sampai DPP.''

“Kita tahu bahwa konvensi seperti yang digelar Partai Golkar itu rawan terhadap politik uang. Lebih dari itu hasilnya tidak mencerminkan aspirasi pemilih,” papar Jeffrie.

Karena mekanismenya yang kurang tepat, sambung dia, Wiranto yang ditetapkan sebagai calon dalam konvensi itu kalah jauh oleh SBY dan Megawati padahal Golkar waktu itu partai pemenang.

Bercermin pada pengalaman Golkar, Jeffrie berharap yang menentukan calon presiden di antara peserta konvensi itu adalah rakyat, pemilih pada umumnya.

Kalau cara ini yang dipakai maka Jeffrie yakin yang terpilih bukan hanya terbaik di antara peserta konvensi tapi juga kompetitif dengan calon dari partai-partai lain. “Peluang untuk menang Pilpres menjadi lebih terbuka.”

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement