Ahad 28 Jul 2013 07:20 WIB

'Senjata Terakhir' Israel Caplok Wilayah Tepi Barat

 Tentara Israel menangkap seorang warga Palestina yang menggelar aksi protes di dekat pemukiman Yahudi di Halamish, Tepi Barat, Jumat (24/8).
Foto: AP/Majdi Mohammed
Tentara Israel menangkap seorang warga Palestina yang menggelar aksi protes di dekat pemukiman Yahudi di Halamish, Tepi Barat, Jumat (24/8).

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Anggota legislatif Palestina, Mustafa Barghoti, menegaskan proyek pembangunan kereta api adalah senjata terakhir penjajah zionis Israel untuk mencaplok wilayah Tepi Barat.

Dalam pernyataan persnya, Barghoti mengatakan persetujuan dinas sipil Israel atas rencana pembangunan rel kereta di wilayah Tepi Barat bertujuan menghabisi peluang warga Palestina membangun dan mengelolah tanah mereka di Tepi Barat.

Pembangunan jalur kereta itu secara tidak langsung menguasai sebagian besar wilayah yang mengelilingi kota-kota dan desa-desa di Tepi Barat.

''Pengumuman rencana Israel ini adalah pelecehan terhadap Otoritas Palestina dan proses perdamaian dan perundingan yang diupayakan oleh Menlu Amerika, John Kerry, untuk digulirkan kembali,'' kecam Barghoti seperti dikutip Infopalestina.

Dengan rencana tersebut, Israel menambahkan unsur keenam ke dalam sistem rasisnya disamping pemukiman yahudi, perlintasan militer, jalan-jalan pintas antar pemukiman, tembok rasial dan undang-undang militer.

Barghoti menandaskan bahwa menghadapi rencana rasis ini tidak dengan perundingan namun langsung mengadukan ke pengadilan internasional dengan keputusan Mahkamah Internasional di Den Haag.

Rencana pembangunan rel ini sepanjang 473 kilometer dengan 30 stasiun kereta. Rel ini akan menghubungkan dengan kota-kota Palestina di wilayah 48, Jordania, dan Suriah.

Yang terpenting adalah menghubungkan antara pemukiman-pemukiman Yahudi seperti Maaleh Adumim dekat dengan Alquds, Arael di utara Tepi Barat, Kariey 4 di wilayah selatan. Pembangunan rel ini akan menggusur jembatan dan terowongan serta menyita tanah warga Palestina yang cukup luas.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement