REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengusaha Nasional Oesman Sapta Odang menyatakan Yusril Ihza Mahendra pantas tampil sebagai calon presiden pada Pemilu Presiden 2014 karena dinilai memiliki intelek dan berpengalaman di pemerintahan.
"Tapi kalau Yusril maju sebagai calon presiden, maka pasangannya harus orang Jawa," kata Oesman Sapta Odang di sela acara Silaturrahim Kebangsaan bersama Yusril Ihza Mahendra, di Jakarta, Minggu.
Hadir pada kesempatan tersebut antara lain, mantan Ketua Umum Partai Bintang Reformasi (PBR) Burzah Sarnubi dan mantan Ketua Partai Bulan Bintang (PBB) Hamdan Zulfa yang saat ini menjadi Hakim Konstitusi.
Menurut Oesman tokoh nasional yang berlatar belakang etnis Melayu masih sulit berkompetisi untuk menjadi presiden, sehingga perlu usaha lebih keras.
Kesulitan tersebut, kata dia, karena lebih dari separuh penduduk Indonesia adalah orang Jawa, sedangkan orang Melayu hanya sekitar 6,5 persen.
Meskipun kondisinya demikian, tapi Oesman Sapta, tetap optimistis figur yang berlatar belakang Melayu tetap memliki peluang untuk menjadi presiden.
"Masyarakat Indonesia saat ini sudah cerdas dan dewasa dalam menentukan pilihannya. Masyarakat tidak lagi memilih calon pemimin karena pertimbangan primordial," katanya.
Mantan Ketua Umum PBR, Burzah Sarnubi mengatakan, Ketua Majelis Syuro PBB, Yusril Ihza Mahendra, sangat cocok jika berpasangan dengan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, pada pemilu presiden 2014.
"Yusril ahli tata negara yang mumpuni, sedangkan Jokowi memiliki pengalaman memimpin daerah," kata Burzah.
Ia menegaskan, jika Yusril Ihza Mahendra berpasangan dengan Joko Widodo memimpin bangsa Indonesia ke depan, maka dapat membangun jalan yang lurus sesuai dengan cita-cita pendiri bangsa.
"Bangsa ini sudah keluar dari konstitusi baik secara politik maupun ekonomi," katanya.
Burzah mengharapkan, agar memimpin nasional mendatang dapat mengembalikan garis kebijakan politik dan ekonomi kembali kepada UUD 1945.
Pada kesempatan tersebut, Burzah juga meminta agar Yusril Ihza Mahendra tidak mencurigai undangan dari Partai Demokrat untuk mengikuti konvensi calon presiden yang akan diselenggarakan partai tersebut.
"Jangan curiga dulu, tapi ikuti saja mungkin menjadi peluang untuk tampil sebagai capres," katanya.
Kalau ternyata Partai Demokrat hanya bermain-main dalam melakukan konvensi, menurut Burzah, nantinya akan dikecam oleh publik, terutama kelompok masyarakat kritis di Indonesia.
sumber : Antara