REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Korban banjir di Kecamatan Pondidaha, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara, kesulitan memenuhi kebutuhan hidup karena 13 hari terkurung air bah yang juga masih merendam rumah mereka.
"Masyarakat mulai merasakan kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari karena rumah dan badan jalan masih terendam air bah," kata warga Desa Laloika, Alfian (38) di Kendari, Ahad (28/7).
Tiga desa yang masih terendam air sejak musibah banjir melanda wilayah tersebut Selasa (16/7) adalah Desa Laloika, Desa Belatu dan Desa Monapa.
Ratusan hektare padi siap panen dipastikan puso karena terendam, bahkan ratusan karung gabah yang siap giling tidak terselamatkan karena banjir pada 16 Juli dini hari tidak disangka-sangka.
Upaya warga untuk mencari nafkah, seperti menjadi buruh atau bekerja apa saja untuk mendapatkan uang semakin terpojok karena akses dari rumah ke tempat kerja harus menumpang perahu karet dengan tarif Rp 100 ribu per orang.
"Warga tidak dapat mengandalkan pekerjaan sehari-hari sebagai petani sayur dan peternak karena sudah hanyut dibawa banjir. Keluar kampung mencari pekerjaan harus membayar Rp 100 ribu per orang," kata warga lainnya Wawan (28).
Dia mengharapkan pemerintah pusat atau pemerintah daerah untuk mencari solusi agar air bah surut atau memfasilitasi warga dengan perahu karet gratis.
"Sampai kapan pemerintah atau dermawan membantu beras, mie instan, ikan kaleng dan ikan kering. Lebih tepat kalau membangun kanal untuk mengalirkan air sehingga desa kami kering," katanya