REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Djoko Santoso, Panglima TNI 2007-2010 mengkritisi Pemerintah soal kurangnya perhatian yang diberikan dalam segi pembinaan terhadap umat Islam. Hal ini berpotensi besar mengakibatkan umat tidak bisa membuahkan hasil maksimal bagi kepentingan bangsa.
"Umat Islam di Indonesia itu mayoritas, 87 persen, tapi seperti tidur saja. Mereka harus dibangunkan. Potensinya harus dikembangkan," kata Djoko Santoso saat memberi kuliah inspirasi (inspiring lecture) kepada unsur pimpinan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di kantor Pengurus Besar NU di Jakarta, Senin (29/7).
Meski mayoritas dalam jumlah, menurut Djoko, tampilan umat Islam di Indonesia belum sangat menggembirakan, antara lain dalam bidang zakat dan penyelenggaraan haji. "Pemerintah yang bersalah dalam hal ini, kurang memberi pembinaan," kata Djoko.
Potensi zakat umat Islam di Indonesia itu sekitar Rp 217 triliun. Kenyataannya yang terkumpul di Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) baru Rp 2,73 triliun atau hanya sekitar satu persen setiap tahunnya. "Jika bisa terkumpul Rp100 triliun saja, maka untuk bangun jembatan Selat Sunda kita tak perlu cari dana keluar negeri, bisa gunakan uang zakat sebagai sumber investasinya," katanya.
Merujuk kepada masa kejayaan Islam masa lalu, Djoko bahkan mengatakan, biaya pertahanan negara selalu diambilkan oleh Khalifah Umar bin Khattab dari dana hasil pengumpulan zakat. Contoh serupa bisa dilaksanakan di Indonesia kalau saja potensi zakat bisa diwujudkan maksimal.
Djoko Santoso yang juga Ketua Dewan Pembina IPHI Pusat mengatakan, penyelenggaraan haji dewasa ini sangat tidak efisien karena berbiaya tinggi sehingga memberatkan calon haji dari sisi pembiayaan. Untuk itu disarankannya agar penyelenggaraan haji dilakukan oleh sebuah badan atau lembaga terpisah dari Kementerian Agama dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.