CANBERRA -- Komisi Kriminal Australia (ACC) mengungkapkan, sindikat kejahatan global telah menimbulkan kerugian bagi perekonomian negara itu sekitar 15 milyar dolar AS pertahun.
Laporan ACC menunjukkan pelaku kejahatan terorganisir di seluruh dunia meraup lebih dari $870 milyar dolar AS setiap tahun. Menteri Dalam Negeri Australia Jason Claire, yang merilis laporan itu di Brisbane hari ini (30/7) mengatakan, angka itu lebih besar dari GDP Indonesia. "Ini menunjukkan kejahatan terorganisir kian meluas, kuat dan kompleks," jelasnya.
Clare mengatakan, ekonomi Australia yang kaya dan kuat menyebabkannya menjadi target utama. Ini terbukti dari bagaimana para penjahat dapat mengendalikan harga narkoba seperti kokain.
Laporan itu mengatakan, kejahatan terorganisir kini mulai memasuki kehidupan sehari-hari. Yang menjadi sasaran utama adalah orang-orang yang mempunyai tabungan hari tua.
Investor semakin sering menjadi sasaran penipuan dari kelompok-kelompok kejahatan dari luar negeri. "Kita melihat keluarga yang menjadi tergantung pada tunjangan pemerintah setelah kehilangan tabungan mereka," kata ketua ACC John Lawler kepada ABC.
"Dengan adanya internet, para pedagang narkoba dapat memasarkan langsung tanpa melalui pengedar," jelas Lawler, "Begitu pula para penjahat dapat menggunakan internet untuk menipu orang."
Laporan ACC itu juga memperingatkan meningkatnya resiko kejahatan cyber, termasuk penipuan, pencurian identitas dan peretasan.
Juga diperingatkan, penjahat terorganisir menggunakan media sosial untuk membujuk polisi dan pejabat publik untuk menjalin hubungan yang tidak sehat, atau menyuap mereka supaya menutup mata terhadap kejahatan.
Para penjahat menggunakan koneksi itu untuk memperoleh kases ke dana publik, informasi, perlindungan dan jasa lainnya yang membantu memfasilitasi kegiatan kriminal mereka.