Rabu 31 Jul 2013 19:20 WIB

Kisah Pencari Suaka Remaja di Rumah Detensi Pontville

Red:
Rumah Detensi di Pontville
Rumah Detensi di Pontville

CANBERRA -- Seorang pencari suaka remaja buka suara mengenai kehidupan tanpa pendamping di pusat penahanan Pontville Tasmania.

Kebijakan pemerintah mengirimkan pencari suaka ke Papua Nugini untuk menghentikan kedatangan manusia perahu tidak bisa diterapkan terhadap anak-anak pencari suaka yang sudah lebih dahulu ditahan di Australia.

Menteri Imigrasi Australia, Tony Burke mengatakan dirinya akan mengutamakan memindahkan anak-anak tersebut  ke masyarakat secepat mungkin.

Total 285  orang, terutama anak-anak remaja saat ini ditahan di Pusat Pemrosesan Pontville dekat Hobart di Tasmania.

Kementrian Imigrasi mengatakan rata-rata masa penahannan pencari suaka di Pontville 45 hari.

Namun seorang pencari suaka anak yang pernah  di rumah detensi Pontville  dan saat ini tinggal bersana komunitas  mengatakan dirinya kenal dengan seorang anak laki-laki yang sudah ditahan di Pontville  sekitar 8 – 9 bulan.

Anak yang diidentifikasi bernama paul itu menggambarkan keadaan didalam rumah detensi sebagai tempat yang tidak bagus untuk anak-anak, rumah detensi itu seperti kandang,”

Paul mengatakan di Pontville ada 20 remaja yang tidur  di ranjang susun bergaya asrama.

Namun pemerintah mengklaim anak berusia 11 tahun tinggal di ruang istirahat khusus bersama dengan anggota keluarganya.

Paul bercerita bagaimana rumah detensi itu dibagi menjadi 3 blok dan mereka harus antri untuk ambil makanan. "Kami harus antre setiap kali hendak makan dan kemudian mencuci peralatan makan kami baru kami pergi tidur,” tuturnya.

Anak-anak yang ditahan itu bersekolah di Hobart dan Paul mengatakan dirinya mendengar sebagian pencari suaka saat ini bisa berinteraksi dengan teman sekelasnya.

Paul mengatakan petugas didalam Pontville akan memerintahkan mereka tidur pukul 9 dan  bangun pukul 7 untuk sekolah.

Mayoritas anak tanpa pendamping tinggal berkelompok di rumah asuh

Paul mengatakan tahanan anak-anak dibawa secara berkelompok sekitar 10 orang untuk melakukan ibadah, barbecue dan renang, dan mereka diawasi oleh 2 atau 3  petugas dari Pontville.

"Mereka tidak dibolehkan meninggalkan area, harus tetap tinggal diarea itu dan ada aturan untuk bepergian.

Sebagian besar anak-anak pencari suaka tanpa pendamping tinggal berkelompok dirumah tapi Paul tinggal bersama orang tua asuh.

"Mereka seperti orang tua kedua saya. Mereka malaikat penolong, saya baik-baik saja.” tuturnya terharu.

Sejumlah keluarga di Tasmania menawarkan rumahnya untuk ditinggali anak-anak yang ditahan di Pontville.

Tasmania adalah satu dari sedikit tempat di Australia dimana pekerja yang memiliki anak tidak perlu melakukan pemeriksaan.

Kementrian Imigrasi sebelumnya mengatakan tidak tepat jika menempatkan anak-anak di rumah tanpa pemeriksaan polisi dan tinggal bersama anak itu harus tetap diawasi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement