Kamis 01 Aug 2013 04:30 WIB

Kecurangan Bayangi Pemilu Zimbabwe

Rep: Ichsan Emrald Alamsyah/ Red: M Irwan Ariefyanto
Seorang warga Zimbabwe memperlihatkan jari tangannya seusai mencoblos pada Pemilu 2013
Foto: telegraf.co.uk
Seorang warga Zimbabwe memperlihatkan jari tangannya seusai mencoblos pada Pemilu 2013

REPUBLIKA.CO.ID,HARARE -- Rakyat Zimbabwe Rabu (31/7) ini menggelar pemilu untuk menentukan kelanjutan kepemimpinan Presiden Robert Mugabe. Mugabe yang telah memerintah selama 33 tahun meyakini pemilu kali ini akan berlangsung bebas dan adil.

Perdana Menteri Morgan Tsvangirai tampil sebagai penantang. Saat berkampanye, ia menegaskan bakal mampu mengakhiri kekuasaan Mugabe. Mugabe yang kini berusia 89 tahun berjanji akan menyerahkan kekuasaan kepada Tsvangirai jika ia menang. Militer, kata Mugabe, juga akan menghormati kemenangan lawannya.

Seperti dilaporkan Aljazirah, Rabu (31/7), pemilu ini berlangsung sejak pukul 07.00 waktu setempat. Namun, sebagian rakyat, di tengah udara dingin, telah antre sejak pukul 04.30 waktu setempat.

Mereka datang semenjak pagi karena merasa pemilu kali ini begitu penting. Apalagi, sebagian masyarakat khawatir namanya tak tercantum dalam daftar pemilih. Pengumuman resmi daftar pemilih baru dilakukan pada hari Senin (29/7) sehingga sebagian warga tak sempat memeriksa apakah nama mereka ada di dalam daftar itu atau tidak.

Rakyat juga mengkhawatirkan kecurangan seperti duplikasi nama dan pemilih siluman yang menggunakan nama warga yang telah meninggal. Namun, seorang warga bernama Parkstone Musaruwa mengaku tak ada intimidasi dalam bentuk apa pun. Ia pun berharap pemilu kali ini akan membawa perubahan.

Polisi antihuru-hara bersenjata lengkap dikerahkan untuk mengamankan pemilu yang diikuti 6,4 juta jiwa ini. Sementara, jumlah penduduk resmi Zimbabwe sebanyak 12,8 juta orang.

Sejauh ini belum ada ancaman kekerasan ataupun intimidasi meski sebelumnya kubu Tsvangirai menuding Mugabe telah melakukan manipulasi dan kecurangan.

Sebelumnya, pejabat Komisi Pemilihan Umum mengatakan, masalah administrasi, logistik, dan pendanaan telah diselesaikan. Pemilu pun siap digelar di lebih dari 9.000 TPS di seluruh negeri.

Pemilu sebelumnya pada 2002 dan 2008 gagal akibat kekerasan politik dan tuduhan kecurangan suara. Pada pemilu kali ini pun ada kekhawatiran terkait kehadiran militer dan polisi loyalis Mugabe di sekitar TPS. Begitu juga dengan kontrol loyalis Mugabe pada media negara dan televisi nasional.

Juru Bicara Kemenlu Amerika Serikat Jen Psaki juga menyuarakan kekhawatiran negaranya atas tidak transparannya persiapan menjelang pemilu. International Crisis Group juga khawatir, jika pemilu kali ini berlangsung tidak adil dan transparan, maka krisis politik bisa terjadi lagi seperti pada 2008. Apalagi jika pemantau pemilu dari Komunitas Pembangunan Regional Afrika Selatan (SADC) dan Uni Afrika gagal melihat kelemahan dalam pemilu ini.

Pemungutan suara ditutup pada pukul 18.00 waktu setempat, namun dapat diperpanjang hingga Kamis. KPU Zimbabwe berjanji merilis hasil penghitungan suara pada 5 Agustus mendatang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement