REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Gerilyawan yang bertempur melawan pemerintah Presiden Bashar Al Assad merebut satu depot senjata dan amunisi di daerah Qalamun dekat Damaskus pada Sabtu pagi. Demikian kata satu kelompok pemantau.
Pertempuran antara para petempur Kurdi dan kelompok garis keras berkobar di wilayah utara. Sementara, Koalisi Nasional oposisi menyeru kelompok-kelompok bersenjata menahan diri.
Kelompok pemantau 'Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia' mengatakan beberapa kelompok, termasuk Front Al-Nusra, berada di belakang penguasaan depot senjata-senjata anti-tank dan roket-roket itu.
"Liwa Al-Islam, Front Al-Nusra, batalyon Al-Tawhid, Maghaweer (pasukan komando pemberontak) dan batalyon Qalamun Syuhada merebut satu depot amunisi dekat desa Qaldun di daerah Qalamun di timur laut ibu kota Damskus,'' kata Obersevatorium yang bermarkas di Inggris itu.
Mereka merebut senjata-senjata anti-tank dan rudal-rudal darat ke darat Grad serta berbagai jenis amunisi lainnya. ''Mereka merebutnya setelah bentrokan malam hari dari Jumat sampai Sabtu,'' sebut laporan Observatorium Suriah.
Sementara itu, kantor berita pemerintah SANA melaporkan tubuh yang dihantam peluru-peluru pejabat lokal Ahmad Marmar dan dua pria lainnya ditemukan dekat rumah sakit Qalamun.
Marmar adalah anggota dewan lokal dan diculik pekan lalu bersama dengan dua pria lainnya dari Qalamun dekat perbatasan Lebanon. Dengan menggunakan istilah rezim bagi pemberontak, SANA menuduh 'para teroris' menculik tiga pria dan menembak mati mereka.