REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anomali cuaca menyebabkan beberapa komoditas pertanian gagal panen, termasuk jagung dan padi. Ramalan cuaca yang dilaporkan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika tidak bisa menjadi acuan satu-satunya untuk melakukan proses penanam.
"Seharusnya petani mengikuti anjuran pola tanam. Karena yang namanya ramalan, bisa meleset bisa juga tepat," ujar Dirjen Tanaman Pangan Kementan, Undoro Kasih Anggoro, Senin (5/8).
Kementan menurut dia telah menyebarkan informasi mengenai pola tanam ke seluruh Indonesia. Perubahan cuaca dan iklim diantisipasi dengan sistem kalender tanam terpadu yang dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Mininal, dua masalah yang bisa ditangani dengan mengikuti pola ini yaitu pemilihan tanaman yang tepat dan organisme pengganggu tanaman.
Direktur Perlindungan Tanaman Kementan, Erma Budiyanto, mengatakan petani juga bisa mengikuti sekolah lapangan iklim dan sekolah lapangan pengendalian hama terpadu. Sekolah ini memberikan arahan pada petani untuk mengatur pola tanam guna meminimlaisasi dampak anomali cuaca.
Misalnya, ketika dihadapkan pada banjir kering atau kemarau basah. Petani akan dijelaskan mengenai sebab, dampak dan solusi apa yang bisa dilakukan agar produksi stabil. Dengan demikian diharapkan produksi pangan juga meningkat.
"Jadi gagal panen tidak jadi suatu yang rutin. Kalau banjir, bisa jadi memang tidak perlu tanam padi," ujarnya.
Dengan curah hujan yang masih tinggi, petani akan cenderung meningkatkan proses penanaman. Untuk padi misalnya, diperkirakan realisai tanam di bulan Agustus akan mencapai 607.123 hektare (ha). Lalu di bulan September 2013, diperkirakan luas tanam yang dicapai seluas 767.732 ha.
Sementara itu, realisasi tanam padi periode Oktober 2012-Mei 2013 mencapai 10.986.975 ha. Bila dibandingkan dengan realisasi tanam rata-rata pada 5 tahun terakhir di periode yang sama ada peningkatan sebesar 485.648 ha atau 4,62 persen.
Apabila dibandingkan realisasi tanam pada 2012 di periode yang sama, ada peningkatan 132.588 ha atau 1,22 persen. Namun apabila dibandingkan dengan sasaran tanam, maka realisasi tanam tersebut baru mencapai 96,28 persen.
Lalu pada komoditi jagung, anomali cuaca menyebabkan realisasi tanam turun hingga 239,463 ha, atau dibandingkan dengan rata-rata selama 5 tahun pada periode yang sama. Dampak lain dari tingginya curah hujan anatara lain, penurunan produktivitas penanaman, penurunan luas panen dan penurunan kualitas hasil.