REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kota Denpasar, Bali pada H-2 Lebaran mulai lengang setelah ditinggal para pendatang mudik. Arus lalu lintas di Kota Denpasar tidak macet seperti biasanya, apalagi sejak Senin (5/8) perkantoran di ibu kota Provinsi Bali itu memberlakukan cuti bersama.
Pasar tradisional di Batukandik di pinggiran Kota Denpasar yang selama ini berfungsi sebagai pusat distribusi mata dagangan yang datang dari Jawa, suasananya juga mulai sepi karena banyak pedagang mudik ke Jawa.
"Pasar sudah mulai sepi sejak Mingggu lalu, tetapi omzet penjualan tidak jauh berubah sebab para pembeli yang datang berkurang. Juga jumlah pedagang pun sedikit karena kebanyakan sudah mudik sehingga omset penjualan tetap sama," tutur Made Puspa pedagang buah-buahan di lokasi tersebut.
Pedagang yang biasa menempatkan mata dagangannya di emper toko maupun di pinggir jalan raya seperti pedagang kaca, helm, buah-buahan di Jalan Gatot Subroto, yang menjadi salah satu jalan utama Kota Denpasar juga menjadi sangat lengang dibandingkan hari biasa.
Toko-toko dan perkantoran yang berada di kedua sisi jalan utama itu sudah meliburkan karyawan-karyawannya sejak Senin (5/8) untuk memberikan kesempatan bersilahturami ke kampaung halamannya. Bahkan, ada bangunan masjid yang sehariannya ramai untuk tempat pertemuan dan sekolah bagi anak-anak usia dini, terlihat sepi, karena masyarakat yang ada di sana kebanyakan sudah meningalkan Denpasar untuk sementara waktu.
Tidak saja orang perantauan dari Jawa dan Lombok yang meninggalkan Denpasar, penduduk setempat juga banyak meninggalkan Denpasar menuju kampungnya masing-masing di Bali untuk melakukan beberapa prosesi upacara keagamaan Hindu.
Sebab saat umat Muslim merayaan Lebaran, pada hari Sabtu(10/8) umat Hindu menggelar ritual Hari Raya Saraswati atau hari turunnya ilmu pengetahuan yang dilanjutkan dengan ritual Banyupinaruh.
Situasi serupa juga terjadi di Jalan WR Supratman, Jalan Gajah Mada, dan sekitar Pasar Badung, yang selama ini menjadi pusat kemacetan. Banyak los pasar terbesar di Bali itu lengang karena para pedagang dan pembelinya mudik ke kampung halaman masing-masing. Begitu pula anak-anak sekolah terutama murid SD banyak yang tidak masuk sekolah.
"Murid saya hampir 50 persen tidak masuk sekolah mulai Senin hingga seminggu karena diajak orang tuanya mudik ke Jawa," tutur Made Suata, seorang guru SD di bilanngan Kota Denpasar mengomentari suasana mudik di daerah ini.