Jumat 09 Aug 2013 05:08 WIB

Arab Saudi Tangkap Warga Yaman dan Chad yang Diduga Akan Melakukan Serangan

Bendera Arab Saudi
Bendera Arab Saudi

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH --  Arab Saudi menyatakan, Kamis, aparat keamanan menangkap dua orang asal Yaman dan Chad karena dicurigai merencanakan serangan-serangan.

Penangkapan itu diumumkan beberapa hari setelah AS menutup kedutaan-kedutaan besarnya di kawasan Timur Tengah karena ancaman Alqaidah.

Kedua orang itu ditangkap pada akhir Juli setelah mereka berbagi informasi di media sosial mengenai serangan-serangan dalam waktu dekat, kata Kantor Berita Arab Saudi SPA mengutip seorang pejabat kementerian dalam negeri.

Menurut SPA, penyelidikan masih terus dilakukan terhadap kedua orang itu, yang menggunakan telefon seluler dan komunikasi elektronik terenkripsi.

Arab Saudi, negara pengekspor utama minyak dan sekutu penting AS di Teluk, menjadi sasaran utama Al Qaida, yang melancarkan serangan-serangan di negara itu yang menewaskan ratusan orang satu dasawarsa lalu.

Pekan lalu Washington mengumumkan penutupan sementara kedutaan-kedutaannya di kawasan itu.

Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP), yang berpangkalan di Yaman, negara tetangga Arab Saudi, merupakan salah satu sayap paling aktif dari kelompok militan itu.

SPA tidak menyebutkan kaitan antara penangkapan-penangkapan itu dan penutupan kedutaan tersebut.

Arab Saudi menangkap ribuan tersangka dalam 10 tahun terakhir dan menuduh mereka terlibat dalam Alqaidah. Serangan-serangan jarang terjadi sejak 2006 ketika negara itu menumpas operasi domestik kelompok militan tersebut.

Sejumlah aktivis hak asasi manusia mengatakan, beberapa dari mereka yang ditangkap pada masa silam adalah pembangkang damai yang menuntut perubahan politik, namun Riyadh membantah hal itu.

Pada 2009, penyerang bom bunuh diri Alqaidah berusaha membunuh kepala keamanan Pangeran Mohammed bin Nayef, yang kini menjadi menteri dalam negeri, namun ia tidak terluka serius.

Anggota-anggota Al Qaida yang selamat di Arab Saudi yang bertanggung jawab atas serangan-serangan 2003-2006 diyakini melarikan diri ke Yaman dan bergabung dengan militan lokal untuk membentuk AQAP.

Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Alqaidah Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

AS ingin presiden baru Yaman, yang berkuasa setelah protes terhadap pendahulunya membuat militer negara itu terpecah menjadi kelompok-kelompok yang bertikai, menyatukan angkatan bersenjata dan menggunakan mereka untuk memerangi kelompok militan itu.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement