REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Tingginya korban jiwa dalam konflik berkepanjangan di Irak tak lepas dari "peninggalan" pasukan Amerika Serikat (AS). Seperti dilansir AFP, konflik Irak meluas menjadi perang antargolongan di negeri seribu satu malam itu.
Meski sudah ditarik 18 Desember 2011 silam, pasukan AS meninggalkan jejak-jejak milisi yang pro-AS. Milisi Sahwa adalah salah satunya. Kepentingannya yang pro-AS membuat konflik dengan kelompok seperti Alqaidah membuat teror di Irak tak berhenti.
Konflik ini juga merembet ke sektor politik. Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki yang berasal dari Syiah disinyalir kerap membuat kebijakan yang memojokkan Sunni. Sejak Desember 2011 ia terus berupaya menangkap Wakil Presiden Tareq al-Hashemi yang berasal dari Sunni.
Al Hashemi diburu atas tuduhan teroris. Sedangkan Deputi Perdana Menteri Irak Saleh al-Mutlak juga dipecat hanya karena ia Sunni.