REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah pendatang baru asal Jawa Tengah dan Jawa Timur agaknya masih mengandalkan sektor informal saat mengadu nasib di Jakarta. Pedagang hingga juru parkir menjadi profesi incaran bagi para pendatang tersebut.
Nirwanto (24 tahun) salah satunya. Pemuda asal Semarang, Jateng, mencoba peruntungan di Jakarta. Ia ikut bersama kakak perempuannya, yang sudah lebih dahulu memiliki usaha di ibu kota. Rencananya, selama di Jakarta, Nirwanto akan membantu usaha kakaknya di Pasar Meruya, Jakarta Barat.
Meski mengaku belum pernah ke Jakarta dan minim pengalaman, tapi pemuda yang biasa disapa Tole ini tidak terlalu khawatir dengan hal itu. Pun dengan masalah identitas kependudukan yang belum dimilikinya.
''Nanti sekalian diurusin di sini aja, sama kakak,'' katanya ketika ditemui di kedai makanan dekat Stasiun Senen, Sabtu (10/8).
Kondisi serupa juga dilakoni Mulyadi (27). Pemuda asal Sragen itu bakal mencoba mengadu nasib di ibu kota. Mulyadi mengaku akan ikut kakak laki-lakinya, yang tinggal di kawasan Setiabudi, Jakarta Pusat.
Kendati belum tahu akan bekerja apa di Jakarta, tapi Mulyadi sepertinya tidak patah semangat. Pekerjaan jenis apapun, ungkap Mulyadi, rela ia lakoni, termasuk menjadi juru parkir. ''Apa aja deh mas, yang penting halal, daripada bengong di rumah,'' katanya saat berbincang dengan ROL, Sabtu (10/8).
Minimnya lapangan pekerjaan di kampung halaman memang menjadi alasan kuat bagi kedua pemuda itu untuk merantau ke Jakarta.