REPUBLIKA.CO.ID, PIKIT -- Sekitar dua ribu petani meninggalkan rumah mereka di Filipina selatan setelah pertempuran baru antara pasukan pemerintah dan satu kelompok gerilyawan.
Para keluarga membawa koper dan tas berisi pakaian serta peralatan masak memasuki desa Nalapaan di pulau Mindanao Sabtu (10/8) di tengah-tengah suara tembakan mortir. "Kami dapat mendengar suara pertempuran dari sini," kata Tibungko Abdul, kepala desa Nalapaan.
"Sampai sekarang kami merasa aman di sini. Tetapi jika situasi memburuk kami mungkin harus pergi ke pusat kota (Pikit)," katanya. Pikit merupakan kota terdekat ke Nalapaan dan ke desa-desa tempat para pengungsi datang.
Para warga desa melarikan diri Jumat malam akibat pertempuran baru antara pasukan pemerintah dan Pejuang Pembebasan Islam Bangsamoro (BIFF). "Kami memiliki sekitar dua ribu orang yang mencari tempat penampungan di satu gedung sekolah," kata gubernur provinsi itu Emmylou Mendoza kepada AFP.
Juru bicara militer lokal, Kolonel AD Dickson Hermoso mengonfirmasi operasi itu, tetapi tidak menjelaskan lebih jauh. "Ini adalah satu operasi terhadap unsur-unsur pengacau," katanya.
Mendoza mengatakan pertempuran itu terpusat di desa-desa dekat kota Aleosan, Mindanao, tempat tinggal warga minoritas Muslim di wilayah selatan Filipina yang berpenduduk mayoritas Katolik itu.
"Tentara menjaga jalan raya. Kami tidak ingin jalan raya itu jatuh ke tangan gerilyawan. Karena hal itu akan menyebabkan ekonomi Cotabato dan provinsi-provisi lain akan lumpuh," tambahnya.
Pemerintah sedang berusaha memajukan perundingan perdamaian dengan Front Pembebasan Islam Moro (MILF), kelompok terbesar gerilyawan, untuk menghentikan konflik puluhan tahun yang menewaskan sekitar 150 ribu orang.
Namun BIFF menentang perundingan perdamaian itu. Pemerintah pun menuduh kelompok itu meningkatkan aksi bersenjata dalam usaha merusak perundingan perdamaian.
Kamis, Presiden Benigno Aquino mengatakan sejumlah serangan bom mematikan di Mindanao menewaskan 14 orang dan menyebabkan lebih dari 70 orang lainnya cedera. Ia menduga, serangan itu dilakukan untuk melepaskan tekanan militer terhadap BIFF.
Polisi melaporkan dua insiden kekerasan lainnya terjadi di Mindanao dalam 24 jam belakangan ini. Termasuk satu ledakan granat di dekat satu rumah yang mencederai empat orang di kota Kabacan, Jumat malam.