REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kriminolog dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung Yesmil Anwar meminta agar kepolisian jangan hanya terpaku dengan pengakuan dua pelaku pembunuh branch manager PT Venera Multi Finance, Fransisca Yovie.
"Perlu ada intrograsi yang tetap jangan lepas dari azas praduga tak bersalah. Jangan menggali dari pengakuan saja karena pengakuan saja tidak bisa jadi alat bukti," kata Yesmil Anwar, ketika dihubungi melalui telepon, Senin (12/8).
Sebagai kriminolog, dirinya mengaku ada kejanggalan dengan salah seorang pengakuan yang menyatakan pada mulanya mereka berniat untuk menjambret Fransicsa.
"Nah katanya mau ngejabret, tapi kenapa bawa golok, lalu kan itu ada jejak motor tidak bisa bergerak, maka motornya tidak bisa bergerak," kata Yesmil.
Dirinya yakin dengan kemampuan profesional kepolisian yakni dalam konteks kriminalistik dalam mengungkap kasus pembunuhan sadis tersebut.
"Tapi kalau memang tempat kejadian perkara (TKP)-nya belum dilakukan secara maksimal tentu kita sulit untuk mengatakan bahwa ini hanya perampokan atau tidak. Karena olah TKP itu adalah petunjuknya," katanya.
Menurut dia, dalam pendalaman kasus ini tidak bisa hanya didasarkan pada pengakuan dari kedua pelaku karena pengakuan itu hanya salah satu dari alat bukti namun juga olah TKP.
Selain itu, lanjut dia, ada kemungkinan untuk saat ini polisi ingin mereduksi pengakuan sementara kedua pelaku supaya ke depannya bisa menangkap "aktor intelektualnya".
"Mungkin saja, polisi ingin mereduksi ini dulu supaya nanti orang yang sebetulnya diincar polisi lengah. Jadi, itu teknik dari polisi agar membuat orang yang sebetulnya dituju atau aktor intelektualnya lengah," katanya.
Di penghujung bulan suci Ramadhan 2013 yakni Senin (5/8), Kota Bandung digegerkan dengan pembunuhan sadis terhadap seorang gadis.
Pelaku yang mengenderai sepeda motor menculik Fransisca Yofie di depan rumah kontrakannya yakni di Jalan Setra Indah Utara 11, Kota Bandung. Kedua pelaku kemudian menyeret korban lebih dari 500 meter dengan menggunakan sepeda motor.
Gadis berparas cantik ini dieksekusi dengan cara dibacok dengan sebilah golok di dekat sebuah lapangan di Jalan Cipedes Tengah, Kota Bandung. Ketika pembunuhan dilakukan, lokasi tengah sepi karena penghuni permukiman kebanyakan tengah berbuka puasa di rumah.
Korban yang tersungkur di tengah jalan ditemukan oleh anak-anak kecil yang baru bermain kembang api dan petasan. Korban menghembuskan nafas terakhir saat mobil patroli dari Polsek Sukajadi membawanya ke Rumah Sakit Umum Pemerintah Hasan Sadikin Bandung.