REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Para ulama Muslim di kota Lyon Prancis mengaku khawatir dengan lonjakan serangan terhadap Masjid di wilayah mereka. Kekhawatiran makin mencuat setelah pekan lalu seorang tentara ditangkap karena dicurigai merencanakan penembakan selama Idul Fitri di kota tersebut.
Menurut Komite Melawan Islamofobia Prancis (CCIF), insiden berbau anti-Muslim meningkat dalam beberapa tahun terakhir di Prancis. Aktivis sayap kanan mengatakan kekerasan tersebut diprovokasi pemerintah untuk menekan gerakan nasionalis.
Kamel Kabtane, Kepala Masjid Agung Lyon menyerukan umat Islam setempat untuk menunjukkan solidaritas. "Ada keinginan yang jelas hari ini untuk menyakiti komunitas Muslim," ungkapnya dikutip Arab News, Selasa (13/8).
Dia menambahkan ada dua tindakan serangan kecil terhadap masjid di tenggara Prancis selama akhir pekan. Media Prancis mengatakan insiden serangan meningkat 50 persen pada semester pertama 2013.
Pendiri Pemuda Revolusioner, Alexandre Gabriac mengatakan pemerintah harus bertanggungjawab terhadap serangan masjid.
"Pembubaran gerakan nasionalis mendorong orang untuk menyerang dan ceroboh," ujarnya.
Kelompok sekuler Pracis telah lama berupaya mengasimilasi populasi Muslim yang kebanyakan adalah keturunan imigran.
Muslim telah berkembang sekitar 5 juta orang. Pemerintahan Konservatif sebelumnya melarang burka di publik dan politisi sayap kanan mengeluh tentang jamaah shalat yang sampai meluber ke jalan karena masjid penuh.