Selasa 13 Aug 2013 23:17 WIB

Pendukung Mursi Serukan Bersama Menentang Kudeta dan Zionis

Istri Presiden Muhammad Mursi Naglaa Mahmoud berpidato kepada para pendukung Mursi di Masjid Rabaah al-Adawiya, Kairo, Kamis (8/8).   (AP/Ravy Shaker/El Shorouk Newspaper)
Istri Presiden Muhammad Mursi Naglaa Mahmoud berpidato kepada para pendukung Mursi di Masjid Rabaah al-Adawiya, Kairo, Kamis (8/8). (AP/Ravy Shaker/El Shorouk Newspaper)

REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO -- Para pendukung presiden Mesir terguling, Muhammad Mursi menyerukan lebih banyak unjuk rasa hari ini, Selasa (13/8). Seruan itu sebagai pembangkangan terhadap ancaman pemerintah yang akan mengosongkan kamp-kamp tempat mereka mengadakan aksi duduk di Kairo.

Kebuntuan yang terjadi antara pendukung Mursi dengan pemerintah sementara yang disokong militer, mengancam membubarkan demonstrasi yang digelar pendukung Mursi pada dua lokasi di Kairo selama sebulan terakhir. Aksi pembubaran paksa itu menyebabkan kekhawatiran kekhawatiran di antara komunitas internasional yang takut pertumpahan darah terjadi lagi.

Sejak kepolisian mengeluarkan ancaman pekan lalu untuk mengakhiri protes-protes, para pendukung Mursi menyerukan pawai di seantero negeri guna menuntut dikembalikannya kekuasaan pada Mursi yang terpilih secara demokratis sebagai presiden pertama Mesir. Namun, ia digulingkan dan ditahan militer pada 3 Juli lalu.

Aliansi Anti-Kudeta, yang mendukung Mursi menyerukan unjuk rasa sejuta orang. Sementara pengadilan Mesir memperpanjang masa penahanan tokoh Ikhwanul Muslimin itu selama 15 hari menunggu penyelidikan atas kasus kerja samanya dengan kelompok Palestina, Hamas.

Menggunakan slogan 'Bersama menentang Kudeta dan Zionis' dalam unjuk rasa, para pendukung Mursi berusaha menyerang kelompok nasionalis, pascaserangan udara di Sinai atas militan radikal Ahad (11/8) malam, yang mereka persalahkan atas Israel.

Media Israel mengatakan, negara Yahudi itu telah menjalin hubungan erat dengan Mesir menghadapi ancaman dari militan radikal di Semenanjung Sinai. Penguasa Mesir telah mengumumkan rencana membersihkan aksi-aksi pro-Mursi dari Rabaa al-Adawiaya dan Alun-alun Nahda di Kairo. Pembersihan itu akan dilakukan secara bertahap membujuk sebagian untuk meninggalkan tempat itu dengan damai sebelum aksi terhadap kelompok militan dilancarkan. Namun, jumlah pengunjuk rasa di alun-alun itu tak menyurut.

Di Rabaa, lokasi unjuk rasa yang lebih besar daripada Alun-alun Nahda, puluhan sukarelawan mengawal penghalang-penghalang yang dibuat dari tumpukan batu dan pasir. Ihkwanul Muslimin menyatakan, unjuk rasa yang mereka gelar akan berlangsung damai. Sementara pemerintah dan pers setempat menuduh para pengunjuk rasa di Rabaa dan Nahda sebagai 'teroris'.

Mereka mengatakan, para pengunjuk rasa menyembunyikan senjata otomatis di alun-alun dan menggunakan wanita dan anak-anak sebagai 'tameng hidup'. Bentrokan-bentrokan antara para pengunjuk rasa pro dan anti-Mursi dan pasukan keamanan membunuh lebih 250 orang sejak akhir Juni.

sumber : AFP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement