REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Satu tim PBB yang bertugas menyelidiki dugaan penggunaan senjata kimia di Suriah telah menyelesaikan semua persiapan logistik bagi perjalanannya ke negara yang dicabik pertempuran itu, kata PBB pada Selasa (13/8).
"Pada akhir pekan, tim penyelidikan yang dipimpin oleh Dr Ake Sellstrom menuntas semua pengaturan logistik yang diperlukan bagi kunjungannya ke Suriah," demikian isi satu pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor juru bicara PBB yang dilansir dari Xinhua, Rabu (14/8).
Sementara itu, Utusan Tinggi PBB Urusan Perlucutan Senjata Angela Kane telah melanjutkan konsultasinya dengan Pemerintah Suriah untukl mencapai kesepakatan sesegera mungkin mengenai dasar modalitas bagi kerja sama dalam menjamin pelaksanaan yang layak, aman, dan efisien misi tersebut.
"Segera setelah Pemerintah Suriah mengonfirmasi penerimaannya atas modalitas itu, Misi akan berangkat tanpa penundaan," kata pernyataan tersebut. Namun, sudah hampir dua pekan sejak Juru Bicara PBB Martin Nesirky mengatakan lampu hijau bagi penyelidikan, diperoleh kesepahaman dicapai dengan Pemerintah Suriah.
Menurut Nesirky, misi pencari fakta PBB, yang didirikan pada Maret atas permintaan Pemerintah Suriah, akan menyelidiki dugaan penggunaan senjata kimia di Kota Kecil Khan Al-Asal di pinggir barat-daya Kota Aleppo, yang dilanda pertempuran, dan dua lokasi lain.
Pemerintah dan gerilyawan saling tuding mengenai pengguna senjata kimia terhadap Khan Al-Asal pada 19 Maret, sehingga menewaskan sedikitnya 25 orang dan melukai 130 orang lagi. Lokasi kedua peristiwa lain belum diketahui akibat langkah pencegahan keamanan dan keselamatan.
Mandat tim penyelidikan PBB ialah melaporkan mengenai apakah senjata kimia digunakan, dan jika benar senjata kimia jenis apa, tapi tidak menentukan pihak yang bertanggung-jawab atas serangan itu.