REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Operasi militer pembubaran massa pendukung Presiden Mesir, Muhammad Mursi di Nasr City dan Rabaa al-Adawiyah adalah murni keinginan militer dan pemerintah. Imam Besar Universitas al-Azhar, Sheikh Ahmed al-Tayyib mengatakan, tidak mengetahui rencana 'pemberangusan' tersebut.
Pascakudeta militer 3 Juli lalu, koalisi pembentukan pemerintahan sementara di Kairo, melibatkan tokoh kharismatik di Mesir ini. Sheikh Tayyib dianggap militer sebagai simbol dukungan kelompok Islam Sunni di Mesir terhadap lengsernya Mursi.
Dukungan Sheikh Tayyib terhadap pelengseran Mursi juga sembat membawa perdebatan antar ulama internasional. Namun, Tayyib tetap mempertahankan pendapatnya untuk menjadikan pelengseran Mursi sebagai pintu awal mengakhiri kericuhan.
Melalui pernyataan di televisi lokal, yang dikutip BBC News, al-Tayyib mengutarakan keinginan Umat Islam di negara itu untuk menyudahi konflik yang semakin runcing. Kata dia, perlu bagi militer dan pemerintah serta kelompok Ikhwanul Muslimin mencari cara menyelesaikan krisis.