REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarah mencatat banyak pribadi yang rela mengorbankan jiwa dan raga demi kemajuan negara Republik Indonesia. Sikap ini seharusnya bisa menjadi jatidiri bangsa karena sesuai dengan implementasi Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.
"Kita harus menjadi bangsa yang berbudi luhur, ramah, toleran, guyub, dan gotong royong," ujar Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Rabu (14/8). Gerakan Pramuka di usia ke-52 bisa menjadi media pewarisan sikap luhur tersebut. Generasi bangsa Indonesia di masa depan harus tumbuh menjadi generasi yang bermartabat. Presiden pun berharap Gerakan Pramuka dapat terus dibina dan dikembangkan.
Dalam periode tujuh tahun terakhir, Presiden melihat telah terjadi revitalisasi Gerakan Pramuka. Nilai-nilai yang ditanamkan dalam pramuka berperan besar dalam menciptakan manusia berkarakter unggul dengan wawasan kebangsaan yang kuat. "Generasi muda sebagai subjek sejarah harus berakhir kritis dan kreatif, karena mereka yang menentukan wajah bangsa kita kelak," tambah Presiden.
Dengan kepribadian yang kuat, akan tercipta generasi emas untuk Indonesia. Menurutnya, generasi tersebut memupuk sikap ulet, pantang menyerah, serta disiplin. Berbekal kepribadian yang kuat, katanya, Indonesia bisa menjadi sejajar dengan bangsa lain.
Agar nilai Pramuka terus lestari, para pengurus harus memperluas jaringan, baik di tingkat nasional, daerah, cabang maupun ranting. Manfaatkan pula jaringan kerja yang telah dibangun di seluruh dunia.
Pada kesempatan yang sama, Presiden RI menyematkan tanda penghargaan Lencana Melati kepada Menteri Kehutanan (Menhut) RI, Zulkifli Hasan. Lencana ini diberikan kepada Menhut selaku Penasehat Saka Wanabakti Tingkat Nasional. Menhut dianggap memiliki jasa dan pengabisian yang luar biasa, khususnya melalui program Satu Miliar Pohon.