REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Wakil Presiden Mesir Muhammad ElBaradei akhirnya memilih mundur. Ia menilai pemerintah memaksakan penggunaan kekuatan pasukan keamanan untuk membubarkan massa pendukung Muhammad Mursi, Rabu (14/8).
Padahal, menurutnya, cara-cara damai masih bisa dicapai untuk mengakhiri konfrontasi. "Seperti Anda ketahui, saya selalu melihat alternatif damai untuk menyelesaikan perselisihan... namun ternyata banyak hal sudah sampai sejauh ini," ujar ElBaradei dalam surat pengunduran diri yang dikutip Al-Jazeera.
Ia menjelaskan, menjadi bagian dari pemerintah sementara karena awalnya berharap orang-orang yang muncul pada 30 Juni bisa membawa negara mewujudkan tujuan revolusi. Namun, pemerintah telah menyimpang dari tujuan tersebut.
"Saya berharap munculnya orang-orang pada 30 Juni bisa membawa negara kembali normal... tapi yang terjadi telah menyimpang, membuat keadaan ini terpolarisasi dan perpecahan serius," ungkapnya.
Dia menilai sulit untuk menyandang tanggung jawab atas keputusan yang tidak disetujuinya. "Saya khawatir konsekuensinya, saya tidak bisa menanggung tanggung jawab untuk setetes darah di hadapan Allah, " tegasnya.
Sedikitnya 238 warga sipil tewas dalam kekerasan yang terjadi di Kairo saat pembubaran massa pendukung Mursi. Selain itu, 43 polisi tewas dalam kejadian itu. Jumlah korban tewas diperkirakan bertambah setelah Ikhwanul Muslimin mengatakan korban tewas bisa mencapai lebih dari dua ribu orang.