REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menilai situasi di Mesir semakin memprihatinkan. Apalagi setelah penggunaan kekuatan dan senjata yang dilakukan militer Mesir dalam menghadapi demonstran pendukung mantan presiden Muhammad Mursi.
"Penggunaan kekuatan dan senjata militer terhadap demonstran di Mesir, apalagi berlebihan, bertentangan dengan nilai demokrasi dan kemanusiaan," tulis Presiden SBY dalam akun Twitternya @SBYudhoyono.
Kepala Negara menilai, situasi di Mesir pascapenggulingan presiden Muhammad Mursi semakin memprihatinkan. Ia juga berharap kondisi tidak semakin memburuk. Apalagi jumlah korban tewas diperkirakan sudah ratusan.
Pihak Ikhwanul Muslimin menyebutkan, dalam serangan Rabu (14/8) lalu, Sebanyak 278 orang tewas setelah polisi menindak loyalis Presiden terguling Mohamed Morsi. "Indonesia berharap, keadaan tidak memburuk," ujar SBY.
Menurut Kepala Negara, Indonesia juga berharap pemerintah dan militer Mesir, serta Ikhwanul Muslimin, berusaha kuat mencegah bertambahnya korban.
"Saya berpendapat, meskipun sulit, solusinya haruslah win-win, didahului dengan penghentian semua aksi kekerasan dari kedua belah pihak," kata SBY.
Menurutnya, kondisi Mesir dan Indonesia hampir sama beberapa tahun lalu. Indonesia juga mengalami goncangan politik dan keamanan. Namun, lanjutnya, hal tersebut bisa diatasi, karena militer dan sipil berkolaborasi untuk reformasi.
"Militer Indonesia melakukan reformasi internal dan mendukung demokrasi; pemimpin politik sipil juga ajak militer untuk bersama melakukan perubahan," tutur SBY.