REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Agil Siradj mengecam keras tindakan represif militer Mesir terhadap rakyatnya terlebih telah menewaskan lebih dari 500 demonstran di Negeri Piramida itu.
"Kami mengecam keras tindakan pembunuhan massal itu sebagai akibat dari kebuntuan politik di Mesir. Tidaklah perlu menunjuk siapa yang benar dan salah yang jelas di sana ada pelanggaran hak asasi manusia dan harus diakhiri dengan cara yang bermartabat," kata Said Agil melalui telepon yang diterima di Jakarta, Jumat (16/8).
Krisis Mesir mulai terjadi sejak 30 Juni ketika jutaan orang turun ke jalan untuk menggulingkan presiden yang terpilih secara demokratis untuk pertama kalinya. Ikhwanul Muslimin yang mendukung Mursi, menyerukan demonstrasi lanjutan setelah negara dinyatakan dalam keadaan darurat oleh pemerintahan sementara.
Sementara, Kementrian Kesehatan Mesir menyatakan 578 korban tewas dan lebih dari 4.200 orang terluka dalam bentrokan Rabu kemarin. Kekerasan terjadi ketika pasukan keamanan menggunakan bulldozer, gas airmata, dan senjata tembak untuk membersihkan dua kamp demonstrasi pro-Mursi. Rabu lalu disebut-sebut sebagai hari paling mematikan di Mesir sejak revolusi 2011 yang menumbangkan Husni Mubarak.