REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa, Kamis (15/8) waktu setempat, mendesak semua pihak di Mesir untuk mengakhiri kekerasan dan menahan diri secara maksimum setelah ratusan orang tewas ketika tentara dan polisi menumpas demonstran menuntut kembalinya Presiden terguling Muhammad Mursi.
"Para anggota dewan memandang penting untuk mengakhiri kekerasan di Mesir dan bahwa para pihak berupaya maksimal untuk menahan diri," kata Duta Besar Argentina untuk PBB, Maria Cristina Perceval, kepada wartawan setelah 15 anggota dewan bertemu membahas situasi ini.
Dewan Keamanan yang beranggotakan 15 anggota mendapat penjelasan mengenai situasi di Mesir di balik pintu tertutup oleh Wakil Sekretaris Jenderal PBB Jan Eliasson. Pertemuan secara bersama-sama diminta oleh para anggota dewan dari Prancis, Inggris dan Australia.
Penguasa militer yang didukung Kairo memerintahkan penyerbuan terhadap kemah-kemah protes pro-Moursi setelah fajar pada Rabu. Aksi yang digelar enam pekan setelah tentara menggulingkan presiden pertama yang dipilih secara demokratis di negara itu. Pemerintah Mesir mengatakan 525 orang tewas.
"Para anggota pertama-tama menyatakan simpati mereka kepada para korban dan menyesali hilangnya nyawa mereka," kata Perceval.
"Ada keinginan bersama bahwa kekerasan harus dihentikan dan untuk memajukan rekonsiliasi nasional."