REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat, Kamis memperingatkan para warganya tidak pergi ke Mesir dan menyeru mereka yang berada di sana meninggalkan negara itu.
Seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (16/8) peringatan perjalanan itu dikeluarkan sehari setelah satu tindakan keras brutal terhadap aksi protes di jalan-jalan Kairo yang diperintahkan oleh pemerintah dukungan militer yang menewaskan lebih dari 500 orang.
Bagi warga AS yang memutuskan tetap di Mesir diminta mematuhi semua larangan keluar rumah yang diberlakukan untuk mencegah unjuk-unjuk rasa di jalan.
"Konflik politik...terlihat tidak banyak ada tanda-tanda mereda," kata satu pernyataan Departemen Luar Negeri AS.
Peringatan itu mengatakan bahwa para warga asing yang terperangkap dalam aksi kekerasan itu dapat menjadi target bagi "gangguan atau tindakan yang lebih buruk" dan menyatakan seorang warga AS tewas dalam satu unjuk rasa di Iskandariyah Juni.
"Yang dikhawatirkan adalah aksi kekerasan berdasarkan jenis kelamin di mana para wanita menjadi target pelecehan seksual," tambahnya.
Mesir, negara di dunia Arab yang paling banyak penduduknya, juga satu pasar penting bagi perusahaan-perusahaan swasta AS, beberapa di antaranya mungkin mundur dari negara itu atau akan menurunkan operasi-operasi.
Perusahaan mobil raksasa AS General Motors, Kamis mengumumkan akan menghentikan produksi di pabriknya di Mesir sementara pihaknya meninjau kembali situasi keamanan.