REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- ACT (Aksi Cepat Tanggap) membentuk Tim SOS (Symphaty of Solidarity) sebagai sikap nyata dalam menghentikan kekerasan di Mesir.
Tim ini terdiri dari 4 orang yaitu, Doddy CHP (Team Leader), Andhika Purbo Swasono (Ahli Logistik), dr. Lukmanul Hakim dan dr. Aris Ramdhani (ahli medis).
"Tim SOS tadi sudah dilepas di Masjid Agung Al-Azhar setelah shalat Jum'at. Rencananya hari Minggu mereka diberangkatkan" ungkap Novariyadi Imam Akbari, Senior Vice President ACT saat ditemui RoL di Aksi Damai Mesir SEAHUM, Jum'at (16/8).
Ahiyudin, Presiden ACT menuturkan 3 alasan pembentukan dan pemberangkatan Tim SOS. Pertama, Mesir sebagai negara pertama yang mengakui Kemerdekaan RI. Kedua, aksi damai sipil dilawan Militer bersenjata sehingga menimbulkan banyak korban. Terakhir, Mesir berperan penting dalam mendidik intelektual Indonesia terutama di Al-Azhar.
Novariyadi mengingatkan membunuh satu jiwa, pada dasarnya membunuh seluruh jiwa di dunia ini. Oleh karena itu, seharusnya ada satu jiwa yang tergadaikan sia-sia. Jika diam saja maka, tuturnya, nilai-nilai kemanusiaan yang ada di diri kita harus dipertanyakan.
ACT sebagai anggota SEAHUM (South East Asia Humanitarian Commitee) akan memberangkatkan relawan kembali di bulan September 2013. Jika keadaan Mesir tidak berubah maka dalam satu bulan ini SEAHMUS akan mengundang anggotanya di Malaysia, Brunei, Vietnam, Singapura, dan Thailand untuk datang ke Indonesia. Mereka akan mengadakan konferensi internasional untuk membahas keadaan Mesir.