REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis meminta Arab Saudi dan Qatar membantu menyelesaikan krisis Mesir. Qatar sebagai sekutu presiden terguling Muhammad Mursi dan Ikhwanul Muslimin mengecam kudeta yang dilakukan militer Mesir. Sementara Saudi dilaporkan mendukung pemerintah sementara bentukan militer Mesir.
Ketika menyambut kehadiran Menteri Luar negeri Arab Saudi, Pangeran Saud al-Faisal, Presiden Prancis, Francois Hollande meminta negara-negara yang memiliki hubungan kepercayaan (dengan Mesir) tersebut untuk 'bertugas' membantu mengakhiri kekerasan agar dialog politik dapat dimulai.
"Ini tidak dapat diterima bahwa kekerasan keji seperti itu terjadi di Mesir," kata Hollande, seperti disadur dari AFP.
Bentrok antara pasukan dan pendukung Mursi dalam lima hari, diperkirakan memakan korban jiwa hingga 800 orang. Hollande berbicara mengenai 'tanggungjawab bersama' negara-negara Arab dan Eropa, termasuk Prancis, untuk memastikan pihak berwenang di Mesir mengizinkan pelaksanaan pemilu dalam waktu segera.
Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius juga menerima timpalannya dari Qatar. Ia menekankan pentingnya suatu 'dialog' di Mesir. "Apa yang terbukti bagi kita semua yang menyaksikan kejadian di Mesir adalah betapa mendesaknya usaha untuk menghentikan pertumpahan darah ... tidak mudah tetapi semua negara harus bisa mengarahkannya ke sana," kata Fabius setelah bertemu Menlu Qatar, Khaled al-Attiyah.
"Sangat penting untuk menggerakkan seluruh daya kita dalam menyelesaikan masalah Mesir," kata Fabius.
Dalam tanggapannya Menlu Qatar menekankan penyelesaian cepat atas krisis tersebut dan mendesak 'dialog bagi seluruh pihak di Mesir'. Namun ia mendesak pentingnya membebaskan seluruh tahanan politik untuk mencapai penyelesaian.