REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Hujan deras yang melanda beberapa wilayah di ibu kota Filipina, Manila menyebabkan setengah wilayah ibu kota ini terendam, Selasa (20/8) waktu setempat.
Pemerintah mengatakan, 60 persen dari wilayah ibu kota tenggelam. Jalan-jalan protokol berubah menjadi sungai dan rumah-rumah terendam. Sementara ribuan orang terperangkap di rumah-rumahnya dan tempat penampungan. Pemerintah menghentikan semua lapangan pekerjaan kecuali tim SAR dan tanggap bencana.
Akibat banjir besar ini, tujuh orang meninggal, 11 orang terluka dan empat orang hilang. Korban tewas termasuk seorang anak lima tahun yang rumahnya terkena dinding beton dan runtuh. Dua orang dewasa yang berada di rumah yang sama juga dikabarkan terluka.
Menurut catatan, jumlah penduduk di ibukota bagian dataran rendah yaitu sebanyak 12 juta orang. Banjir membuat sebagian besar jalan tidak dapat dilalui karena ketinggian air bah mencapai pinggang bahkan leher orang dewasa.
Sekretaris Kesejahteraan Sosial Corazon Soliman mengatakan pihak berwenang membuka lebih dari 200 pusat evakuasi di Manila dan wilayah sekitarnya yang telah dipenuhi puluhan ribu orang. ''Secara keseluruhan, lebih dari 600 ribu orang telah terkena dampak banjir,'' kata dia.
Seorang warga yang tinggal di dekat Sungai Pampanga, yang terletak di Barat Laut Manila, Esteban Gabin (45 tahun) mengatakan banjir di sana bisa mencapai hingga leher.
Banjir ini terjadi setelah Manila diguyur hujan lebat selama dua malam. Hujan ini diperparah oleh Badai Tropis Trami. Badai terjadi di atas Laut Filipina Utara dan Pulau utama Luzon sampai dengan curah hujan 30 milimeter hujan per jam. Badai tersebut diperkirakan baru akan menjauh dari Filipina menuju Taiwan pada hari Rabu.
Banjir telah menjadi lebih sering di Manila karena penggundulan hutan di pegunungan. Selain itu, saluran air dan kanal-kanal di kota ini banyak tersumbat. Sementara, cuaca ektrim memperparah keadaan."Kami terkejut oleh curah hujan. Beberapa daerah bahkan mengalami tingkat rekor tertinggi," kata Sains Mario Montejo.
Menurut penilaian dari Departemen Ilmu dan Teknologi, curah hujan mencapai 600 mm di sekitar Teluk Manila pada hari Minggu saja, padahal biasanya itu curah hujan dalam satu bulan. Jika dibandingkan dengan bencana pada 2009, Topan Ketsana, siklon terkuat yang melanda Manila dalam sejarah modern adalah dengan 455 mm air hujan dalam 24 jam.
Akibat curah hujan ektrim ini, banyak penerbangan domestik dan internasional di Bandara Internasional Ninoy Aquino dibatalkan. Jalan utama menuju bandara tergenang sehingga perjalanan para penumpang dan kru pesawat pasti tertunda.
Kepulauan Filipina memang termasuk negara yang paling sering 'dihajar' oleh badai di dunia. Sekitar 20 badai tropis melanda negara itu setiap tahunnya.