Selasa 20 Aug 2013 18:02 WIB

Indonesia Prioritaskan Berantas Tunaaksara di Wilayah 3T

Rep: fenny melisa/ Red: Heri Ruslan
Buta huruf
Foto: Blogspot
Buta huruf

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) Bidang Pendidikan Musliar Kasim mengatakan pemerintah dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) akan memprioritaskan program berantas tunaaksara tahun 2013 bagi penduduk Indonesia yang tinggal di kawasan Terluar, Terpencil, dan Tertinggal (3T).

"Fokus keaksaraan dasar di Indonesia diprioritaskan bagi penduduk yang tinggal di kawasan 3T dan kelompok kurang beruntung lainnya," kata Musliar pada Forum Internasional Pendidikan Keaksaraan di Hotel Mercure Jakarta Selasa (20/8).

Musliar mencontohkan provinsi yang menjadi prioritas karena angka tuna aksara yang masih tinggi seperti Papua dimana tingkat keaksaraan hanya 66 persen pada tahun 2011.

Sedangkan target keaksaraan dasar pada tahun 2013 secara keseluruhan, tutur Musliar, yaitu 344.440 orang dengan total anggaran Rp 28,5 miliar.

Musliar juga mengungkapkan layanan pendidikan dan pelatihan kecakapan hidup bagi remaja disediakan bagi peserta didik dari berbagai kelompok umur untuk menghindari stereotip berdasarkan gender. Selain itu, diprioritaskan program untuk masyarakat yang dapat mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, kecakapan hidup dan sikap pengembangan diri, dan pengembangan karir.

"Secara keseluruhan target pendidikan dan pelatihan kecakapan hidup pada tahun 2013 berjumlah 134.101 orang dengan anggaran Rp 21,2 milyar," ujarnya.

Selain perluasan akses, tutur Musliar, Indonesia juga mendorong peningkatan mutu dan relevansi keaksaraan orang dewasa dan program kecakapan hidup. Dalam konteks ini, Musliar menjelaskan, Indonesia telah mengembangkan standar keaksaraan dan sistem evaluasi dan akreditasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).

"Dalam hal kecakapan hidup, Indonesia menerapkan standar kompetensi nasional untuk memenuhi standar pendidikan nasional dan standar yang dibutuhkan untuk dunia industri dan profesional," kata dia.

Direktur Jendral Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal (PAUDNI) Kemdikbud Lydia Freyani Hawadi mengatakan mengedukasi masyarakat terkait keaksaran tidak mungkin dilakukan di sekolah formal karena umur masyarakat yang tidak mungkin lagi untuk menempuh sekolah formal.

"Karena itu pemberantasan tuna aksara dilakukan melalui PKBM," katanya.

Lydia mengungkapkan saat ini ada  9000 PKBM yang tersebar di seluruh Indonesia dan sekitar 8500 diantaranya terdaftar di Kemdikbud.

"PKBM yang menjadi media pemberantasan tuna aksara di Indonesia dijadikan contoh negara-negara  lainnya," kata dia.

PKBM, lanjut Lydia, juga menjadi sarana pemberantasan tuna aksara bagi remaja rentan yaitu remaja usia 15-20 yang putus sekolah dan buta aksara dimana jumlahnya cukup besar di Indonesia.

"Kita peringkat 4 negara di dunia karena masih ada 11 juta penduduk yang buta aksara.  439.199 diantaranya remaja rentan. Cukup besar juga angkanya," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement