REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Ummar Sholahudin menilai, pemanfaatan juru kampanye dari tokoh popular belum tentu berhasil meningkatkan elektabilitas calon gubernur Jawa Timur. Meski pun hal semacam itu efektif dalam mengundang antusias masyarakat untuk memarakan kampanye.
Dia menilai, untuk dapat mempengaruhi pemilih, perlu intensitas yang cukup lama, antara satu hingga dua bulan sebelum pemungutan suara. Alasannya, masa kampanye hanya mempengaruhi perolehan suara sekitar 10-20 persen. "Jurkam dari orang-orang terkenal itu hanya sebatas memberitahu warga. Ada calon gubernur lain yang dapat dipilih," ujarnya, Selasa (20/8).
Umar menambahkan, warga tetap akan menggunakan hak suaranya pada calon yang dianggap bisa memberi manfaat bagi mereka. Ia menilai, pasangan incumbent Soekarwo-Saifullah Yusuf (Karsa) mempunyai peluang yang lebih besar. Karena pengalaman dan keuntungan yang dirasakan oleh masyarakat Jatim selama pasangan tersebut menjabat.
Terkait mayoritas warga NU, kata Ummar, Khofifah Indar Parawansa-Herman S Sumawiredja tetap mendapat capaian dukungan yang besar. Hanya saja terbatas di kalangan struktural partai atau organisasi politik. Sedangkan Karsa melalui Saifullah bisa merangkul hingga kalangan masyarakat menengah ke bawah.
Sedangkan, pasangan Bambang DH-Said Abdullah mulai mendapat perhitungan lantaran solidnya mesin partai. Ditambah, ada sekitar 18 kabupaten/kota di Jatim yang dipimpin oleh kader PDI Perjuangan. Sehingga, ada modal dukungan yang besar di daerah potensial tersebut. "Namun elektabiltas Karsa sekarang ini, mungkin masih jauh lebih tinggi dibanding keduanya," kata Umar.