Selasa 20 Aug 2013 19:58 WIB

Elektabilitas Karsa Dianggap Lebih Tinggi

Rep: Andi Ikhbal/ Red: Mansyur Faqih
Gubernur dan Wakil Gubernur jatim Soekarwo-Saifullah Yusuf
Foto: Antara
Gubernur dan Wakil Gubernur jatim Soekarwo-Saifullah Yusuf

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Ummar Sholahudin menilai, pemanfaatan juru kampanye dari tokoh popular belum tentu berhasil meningkatkan elektabilitas calon gubernur Jawa Timur. Meski pun hal semacam itu efektif dalam mengundang antusias masyarakat untuk memarakan kampanye.

Dia menilai, untuk dapat mempengaruhi pemilih, perlu intensitas yang cukup lama, antara satu hingga dua bulan sebelum pemungutan suara. Alasannya, masa kampanye hanya mempengaruhi perolehan suara sekitar 10-20 persen. "Jurkam dari orang-orang terkenal itu hanya sebatas memberitahu warga. Ada calon gubernur lain yang dapat dipilih," ujarnya, Selasa (20/8).

Umar menambahkan, warga tetap akan menggunakan hak suaranya pada calon yang dianggap bisa memberi manfaat bagi mereka. Ia menilai, pasangan incumbent Soekarwo-Saifullah Yusuf (Karsa) mempunyai peluang yang lebih besar. Karena pengalaman dan keuntungan yang dirasakan oleh masyarakat Jatim selama pasangan tersebut menjabat.

Terkait mayoritas warga NU, kata Ummar, Khofifah Indar Parawansa-Herman S Sumawiredja tetap mendapat capaian dukungan yang besar. Hanya saja terbatas di kalangan struktural partai atau organisasi politik. Sedangkan Karsa melalui Saifullah bisa merangkul hingga kalangan masyarakat menengah ke bawah.

Sedangkan, pasangan Bambang DH-Said Abdullah mulai mendapat perhitungan lantaran solidnya mesin partai. Ditambah, ada sekitar 18 kabupaten/kota di Jatim yang dipimpin oleh kader PDI Perjuangan. Sehingga, ada modal dukungan yang besar di daerah potensial tersebut. "Namun elektabiltas Karsa sekarang ini, mungkin masih jauh lebih tinggi dibanding keduanya," kata Umar. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement