REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Filipina, Selasa (20/8) waktu setempat, memerintahkan evakuasi 6.000 warganya di Mesir setelah Menteri Luar Negeri, Albert del Rosario, melakukan kunjungan untuk melihat situasi keamanan menyusul terjadinya kekerasan di negara tersebut.
Del Rosario juga memerintahkan pengiriman tim khusus ke Kairo untuk membantu mempercepat repatriasi warga negara Filipina. Mereka juga diminta untuk menghubungi pihak kedutaan besar.
"Memburuknya ketertiban dan keamanan di Mesir, diperparah dengan ketidakstabilan politik di negara itu, membuat hidup dan bekerja di sana semakin sulit dan berbahaya," kata Kementerian Luar Negeri dalam satu pernyataan.
Del Rosario mengunjungi Mesir awal pekan ini, kunjungan kedua dalam dua pekan terakhir, untuk mengamati situasi saat meningkatnya kekerasan. Demikian kata jurubicara kementerian Raul Hernandez.
Saat berada di Kairo, ia bertemu dengan seorang gadis berdarah Filipina-Mesir yang luka akibat terkena peluru nyasar ketika terjadi bentrokan di Helwan, sebelah selatan Kairo, ibu kota Mesir.
''Ia melihat gadis itu sudah membaik dan dalam semangat baik,'' kata kementerian.
Pemerintah Filipina pekan lalu mendesak warganya untuk pulang secara sukarela namun kemudian menaikkan tingkat kewaspadaan karena meningkatnya kekerasan yang telah menewaskan 900 orang.
Sekitar 10 juta warga Filipina atau sekitar 10 persen dari populasi bekerja di luar negeri sebagai manajer, tenaga penjualan, pelaut, buruh, pengemudi, serta pembantu rumah tangga. Mereka mendapatkan gaji lebih tinggi dibandingkan di negara mereka sendiri.