REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Maraknya penyelundupan imigran gelap dari Pantai Cianjur selatan, Jawa Barat, menuju pulau Chrismas, Australia tidak lepas dari adanya oknum atau otak yang menyanggupi menyeberangkan para imigran.
Kapolres Cianjur, AKBP Dedy Kusuma Bakti, Rabu, mengatakan, otak penyelundupan itu selalu ada karena upahnya yang menggiurkan. Setiap kali berhasil meloloskan satu rombongan imigran gelap, otak penyeludupan imigran gelap mendapat keuntungan Rp 500 juta.
Sedangkan penghubung dan pembantu yang bertugas membawa atau menyeberangkan imigran hingga ketengah laut, mendapat bagian Rp 1 juta per orang.
"Karena mendapat imbalan yang mengiurkan para pelaku berupaya mengelabui petugas dengan berbagai cara agar para imigran yang mereka kawal sampai naik ke atas kapal di tengah laut perairan Cianjur selatan atau lokasi lainnya," kata Kapolres Cianjur, AKBP Dedy Kusuma Bakti, Rabu.
Para tersangka tersebut, masing-masing menjamin dari mulai perekrutan hingga sampai di tempat penyeberangan. Namun sifatnya terputus antar tersangka itu, tapi simbiosis mutualisme.
"Tersangka tidak hanya bermain di Cianjur, tapi di seluruh wilayah pesisir pantai selatan. Selain itu juga modus imigran tersebut mereka datang ke Indonesia dengan legal, namun setelah sampai di Indonesia, berkas mereka dihilangkan, jadi seolah-olah mereka illegal,"uturnya.
Akibat perbuatan tersebut, tambah dia, para tersangka dijerat pasal 120 Undang-Undang Nomor 6 tahun 2011 dengan ancaman kurangan minimal 5 tahun dan maksimal 15 tahun penjara.
Untuk tersangka yang warga negara asing, pihaknya belum melakukan deportasi karena harus menjalani
Seperti dijelaskan beberapa orang imigran gelap yang berhasil ditangkap beberapa waktu lalu, mereka mengakui untuk berhasil menyeberang hingga ke Crishmas Island, biaya yang dikeluarkan mencapai US $5000 perorang.