REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Tim Program Pelestarian Harimau Sumatra (PHS) menggelar operasi sapu jerat dua bulan menjelang Ramadhan pada Juni-Juli 2013. Hasil sementara menunjukkan penemuan jerat Harimau Sumatra di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) meningkat tajam selama tiga tahun terakhir.
Koordinator PHS-TNKS untuk Wilayah Jambi, Moehd Subchan, memaparkan penemuan jerat yang meningkat tajam ini menunjukkan semakin maraknya perburuan Harimau Sumatra.
Peningkatan perburuan harimau Sumatra ini diduga akibat meningkatnya permintaan tubuh utuh atau bagian-bagian dari tubuhnya di pasar gelap perdagangan satwa.
"Hampir seluruh bagian tubuh Harimau Sumatera diperjualbelikan di pasar gelap, mulai dari kulit, tulang, dan organ dalam," kata Subchan, kepada Republika Online, Kamis (22/8).
Harimau Sumatra diburu tidak hanya untuk digunakan sebagai hiasan. Masyarakat di beberapa negara, khususnya Cina dan Korea Selatan, meyakini tubuh dan tulang Harimau Sumatra berkhasiat obat dan digunakan untuk ritual kepercayaan tertentu. Meskipun, hal ini belum terbukti dari sisi medis.
Saat ini, kata Subchan, tim masih terus melakukan patroli rutin penyisiran jerat di beberapa wilayah yang kemungkinan masih terdapat indikasi kegiatan perburuan.