REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Irman Gusman yakin budaya dikotomi calon presiden (capres) Jawa - non-Jawa atau militer-sipil tidak mempengaruhi keputusan Konvensi capres Partai Demokrat.
Keyakinan itu, menurut Irman, karena anggota Komite Konvensi Partai Demokrat berasal dari orang-orang yang independen dan kredibel.
"Saya yakin tidak ada dikotomi itu," tegas putra kelahiran Padang Panjang, Sumatra Barat 51 tahun lalu itu kepada Republika, Sabtu (24/8).
Menurut dia, paradigma itu adalah paradigma lama masyarakat Indonesia. Dan ia yakin pandangan itu sudah berlaku lagi di masyarakat Indonesia yang sudah sangat majemuk dan menerima perbedaan setelah 15 tahun Reformasi bergulir.
Irman juga mengaku tidak takut dengan pandangan dikotomi itu, sebab sebagai orang baru ia terlepas dari budaya politik masa lampau. Ia tidak memiliki kekhawatiran klasik seperti itu di pilpres 2014.
"Itu paradigma lama dan saya tidak percaya itu. Karena saya yakin itu cerita lama yang sudah berlaku lagi," tegasnya.
Irman Gusman merupakan salah satu kandidat dalam konvensi capres Partai Demokrat yang berasal dari luar Partai Demokrat. Kiprahnya di kancah perpolitikan nasional juga bukan berasal dari partai politik dan ia tidak memiliki karir militer. Irman mengakui ia dibesarkan dari tradisi berdagang dari kedua orang tua dan Kakek Neneknya. Ini membuatnya menjadi pebisnis.
Sebelum aktif menjadi pengusaha dan terjun di dunia politik, Irman muda aktif di berbagai kegiatan organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Jakarta sebelum akhirnya ia melanjutkan studinya ke Amerika Serikat.
Sekembalinya dari studi di Amerika ia menjadi pengusaha muda hingga akhirnya terjun ke politik sebagai anggota dan wakil ketua Fraksi Utusan Daerah hingga menjadi Ketua DPD RI saat ini.