REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Sejak diketahui kali pertama pada tahun 2010, serangan bakteri pembuluh kayu cengkeh (BPKC) di wilayah Kabupaten Semarang terus meluas.
Serangan penyakit perusak tanaman cengkeh ini diketahui terus menjangkiti tiga desa yang ada di Kecamatan Jambu. Masing- masing Desa Brongkol, Bedono dan Jambu.
Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan (Distanbunhut) Kabupaten Semarang, Urip Triyoga mengatakan, total luas lahan cengkeh yang terserang BPKC mencapai 115 hektar.
Untuk mengendalikan serangan penyakit ini, Distanhutbuin Kabupaten Semarang telah melakukan eradikasi atau pemusnahan tanaman yang terkena bakteri ini.
“BPKC merupakan salah satu penyakit yang paling merusak tanaman cengkeh. Agar tidak menular ke tanaman lainnya, tanaman yang sudah terserang berat harus dieradikasi,” tegasnya, di Ungaran, Senin (26/8).
Ia juga menyampaikan, penanganan terhadap serangan bakteri ini membutuhkan waktu yang panjang. Pascaeradikasi, lahan bekas serangan bakteri ini tidak dapat ditatami lagi dengan jenis tanaman yang sama.
Minimal harus menunggu lima tahun untuk dapat menanam cengkeh kembali. Sebagai gantinya, petani disarankan dengan mengganti tanaman lain yang juga menghasilkan.
“Jenis tanaman pengganti seperti cabai, jambu, kemukus, pala, dan tanaman jenis buah-buahan tropis lainnya sangat disarankan,” ungkap Urip.