Senin 26 Aug 2013 15:34 WIB

100 Tahun Badan Litbang Kehutanan

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Djibril Muhammad
100 tahun balitban kehutanan
Foto: library.forda-mor.org
100 tahun balitban kehutanan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan sudah menginjak umur 100 tahun. Selama periode yang panjang, Badan Litbang telah menjadi sumber informasi hutan di Indonesia.

Semua aspek pengelolaan hutan pun berawal dari organisasi ini. "Karya-karya kelitbangan bisa dimanfaatkan oleh mitra pengguna," ujar Menteri Kehutanan (Menhut) Zulkifli Hasan dalam sambutannya, Senin (26/8).

Menhut pun berharap Badan Litbang tetap menjadi cemerlang meski umurnya tak lagi muda. Masih banyak hasil riset yang bisa digali agar diketahui masyarakat luas.

Riset dikatakan harus mampu menjawab tantangan yang ada. Untuk itu, hasil riset harus disalurkan secara efektif dan aplikatif.

Badan Litbang membuktikan umur uzur tak lantas jadi alasan mandek berkarya. Satu abad dirayakan dengan menerbitkan 3 buku, yaitu 'Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia 1913-2013', 'Foresty Research Collaboration of FORDA and Partner: Improving the Sustainabke Research and Development' dan 'The Hidden Treasures of Labanan.' 

"Buku ini memuat tentang perkembangan Badan Litbang dari satu era ke era lainnya," ujar Ketua Tim Penulis Buku 'Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia 1913-2013,' Ngaloken Ginting, Senin (26/8).

Ginting mengatakan buku tersebut bisa menjadi acuan untuk menghadapi dinamika kehutanan Indonesia. Misalnya, dalam buku diceritakan bagaimana  pusat perubahan iklim menetapkan mengenai batas karbon.

Apabila di masa depan terjadi perdagangan karbon, masyarakat diharapkan mengerti dan paham bagaimana cara berkomunikasi dengan Badan Litbang.

Contoh lain, pemanfaatan gaharu. Dahulu tidak ada yang tertarik dengan tanaman ini. Tapi setelah Badan Litbang melakukan penelitian, hasilnya gaharu kini menjadi kegemaran masyarakat dan nilai jualnya bertambah.

Penulis buku 'The Hidden Treasures of Labanan,' Nurul Silva Lestari mengatakan masyarakat peneliti khususnya juga perlu tahu mengenai potensi kawasan hutan Indonesia.

Dalam buku tersebut, Labanan dipilih karena merupakan salah satu kawasan hutan dengan tujuan khusus. "Kami ingin mempromosikan Labanan sebagai hutan penelitian," katanya.

Ada banyak keanekaragaman hayati yang tersimpan di lambung kawasan hutan Labanan. Salah satu yang istimewa misalnya keberadaan 6 dari total 8 spesies burung Rangkong ada di Labanan.

Berdasarkan hasil eksplorasi sepanjang 2012 dan 2013, ditemukan sebanyak 131 jenis burung yang termasuk dalam 31 famili di Hutan Penelitian Labanan. Burung-burung tersebut di antaranya Alap-alap, Raja Udang, Burung Hantu, Kutilang, Punai, Sikatan dan Burung Madu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement