REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Helmy Faishal Zaini dianugerahi gelar doctor honoris causa (Dr HC) oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, Senin (26/8).
Menteri termuda ini mendapatkan gelar kehormatan tersebut karena sepak terjangnya di bidang dakwah dan pendidikan Islam.
Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung Deddy Ismatullah mengatakan, sebagai politisi dan birokrat Helmy memperlihatkan cara pandang yang berbeda dalam melihat keadaan masyarakat.
"Dalam membuat berbagai kebijakan, beliau banyak berpijak pada ajaran Islam ahlussunah waljmaah," katanya di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, Senin, (26/8).
Sebagai orang muda, Deddy menerangkan, Helmy sosok yang kreatif, cerdas dan memiliki pengetahuan yang luas. Beliau juga berhasil mendefinisikan karakter kepribadian nusantara.
Menurut Deddy, sebagai seorang menteri, Helmy menaruh perhatian besar terhadap pembentukan karakter bangsa yang bersendi pada pilar-pilar kejujuran, keadilan, dan solidaritas. Karakter kepribadian nusantara yang luhur tidak lahir begitu saja namun melalui proses yang panjang.
Karakter kepribadian nusantara, Deddy melanjutkan, merupakan hasil dari proses pendidikan Islam yang bersenyawa dengan kearifan lokal. Hal itulah yang memungkinkan lahirnya tokoh-tokoh negarawan, salah satunya Helmy.
Dalam kesempatan itu, Menteri PDT Helmy Faishal Zaini mengatakan, karakter kepribadian nusantara yang terbentuk dalam dirinya merupakan hasil dari pendidikan Islam.
Salah satu tokoh yang dianutnya adalah KH Mahfudz Siddiq (1906-1944) yang mengajarkan konsep karakter kepribadian nusantara yang mencakup lima pilar.
Kelima pilar tersebut, ujar Helmy, antara lain ash-shidqu (pilar kejujuran dan kebenaran), al-amanah walwafa' bil 'ahdi (pilar kesetiaan dan komitmen), al-'adalah (pilar keadilan), at-ta'awun (pilar solidaritas), dan al-istiqamah (pilar kedisiplinan dan konsistensi).
"Melalui organisasi NU, Kyai Mahfudz Shiddiq menyebarkan pembentukan karakter bangsa yang bersendi pada lima pilar tersebut," ujarnya.
Pancasila yang dirumuskan oleh para pendiri negara, terang Helmy, kelima silanya mencerminkan karakter kepribadian bangsa yang dibentuk oleh pendidikan Islam.
"Makanya salah jika ada yang menilai Pancasila tidak Islami, pada dasarnya sikap tersebut merupakan bagian dari pendangkalan nilai-nilai agama sendiri," katanya menerangkan.