REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Pasar saham global merosot dan harga minyak naik pada Selasa (27/8). Hal ini dipicu rencana serangan militer barat ke Suriah atas tuduhan pembunuhan warga sipil oleh senjata kimia.
Kerugian di pasar saham utama Eropa dan bursa Nasdaq AS melampaui dua persen, sedangkan ukuran lebih luas di AS, indeks S&P 500 menyerah 1,6 persen dan Dow Jones Industrial Average turun 1,1 persen. Pasar-pasar negara berkembang, sudah di bawah serangan dari perlambatan pertumbuhan dan arus keluar modal besar, juga terpukul keras dengan kerusakan melebihi tujuh persen di Dubai.
Yen menguat sebagai mata uang "safe haven", tetapi dolar dan euro bertahan karena para pedagang valuta asing membuang mata uang lebih rendah. Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris meningkatkan peringatan mereka bahwa Damaskus harus bertanggung jawab atas serangan pada 21 Agustus. Serangan itu mengakibatkan ratusan orang tewas yang diyakini menggunakan gas kimia terlarang.
Menteri pertahanan AS mengatakan pasukannya siap untuk melancarkan serangan terhadap rezim Suriah, di tengah meningkatnya seruan Barat dan Arab untuk bertindak. "Kami siap. Kami telah memindahkan aset-aset di tempat untuk dapat memenuhi dan sesuai dengan opsi apapun yang presiden akan ambil," Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel mengatakan dari Brunei, seperti dilansir dari AFP, Rabu (28/8).
Suriah menanggapi dengan sikap menantang sementara sekutunya Iran memperingatkan bahwa serangan oleh AS dan sekutunya akan mengancam stabilitas dan keamanan kawasan. "Ini pasti tidak akan menjadi kepentingan mereka mengipasi kekerasan," kata Menteri Pertahanan Iran, Hossein Dehqan.
Pasar-pasar di Asia Timur turun moderat karena retorika mulai memanas. Tetapi ancaman-ancaman itu mengambil tol, dengan saham Singapura kehilangan 1,6 persen, Indonesia turun 3,7 persen, dan indeks utama Bombay jatuh 3,2 persen.