REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Menteri Kebudayaan Sri Lanka mengecam keras pernikahan massal anjing pelacak kepolisian setempat karena menggunakan simbol tradisional Budha. Polisi menikahkan sembilan pasangan anjing lengkap dengan pelaminan, baju pengantin, dan bunga dalam sebuah upacara tradisional.
Pengantin anjing betina memakai sarung tangan, syal, dan topi. Sementara, anjing jantan mengenakan dasi merah. Polisi membela pernikahan itu dengan mengatakan untuk mempromosikan peternakan domestik anjing pelacak. Namun, mereka juga meminta maaf atas tindakan tersebut.
Menteri Kebudayaan TB Ekanayake mengatakan, polisi telah menurunkan kesakralan pernikahan tradisional di negara mayoritas Budha tersebut. Dia marah dengan pasangan anjing yang ditempatkan pada poruwa Budha atau panggung yang digunakan dalam pernikahan tradisional Sinhala. "Ini tidak dapat diterima norma budaya kita," ujarnya dikutip BBC, Selasa (27/8).
Menurutnya, masayarakat menghargai pernikahan tradisional yang hanya dilakukan pada waktu yang tepat dengan nyanyian dan ritual. "Polisi telah merendahkan semua ini dengan melakukan pernikahan di Kandy-kota dari Kuil Budha. Saya benar-benar mengecam," ujar Ekanayake.
Menurutnya, insiden seperti itu belum pernah terjadi sebelumnya di Sri Lanka. Dia menyatakan telah menulis surat kepada inspektur jenderal polisi untuk menyelidiki. Polisi menyatakan pernikahan itu tidak ada hubungannya dengan Budha.
Menurutnya, properti yang digunakan semata untuk membuat anjing tampil lebih baik ketika difoto. "Ini bukan pruwa tapi hanya tempat sederhana untuk kesempatan berfoto," ujar polisi dalam pernyataannya.
Polisi di Sri Lanka menghabiskan 70 juta rupee atau setara dengan 526 ribu dolar AS untuk mengimpor anjing pelacak dari Belanda. Karena itu, polisi mengatakan program pembiakan domestik akan menghemat uang serta memproduksi anjing yang lebih cocok beradaptasi dengan iklim setempat.