REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- General Manager PT. Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS), Didied Affandy, meminta manajemen Bontang FC untuk berpikir ulang terkait rencana pengunduran diri dari kompetisi Liga Prima Indonesia. Sebab, akan ada konsekuensi yang cukup berat apabila suatu klub memilih mundur di tengah jalan.
Didied mengaku akan segera melakukan komunikasi dengan tim berjuluk Laskar Khatulistiwa. "Mereka harus tahu konsekuensinya seperti apa. Jangan sampai nanti mereka kaget. Kami akan mencoba berkomunikasi dengan mereka," kata Didied kepada Republika, Rabu (28/8).
Didied mengungkapkan, ada berbagai sanksi yang bakal diterima Bontang apabila benar-benar memilih mundur. Beberapa di antaranya adalah terdegredasi dari kasta tertinggi dan dicabut keanggotannya dari PSSI. Namun semua sanksi itu yang berhak memutuskan adalah Komisi Disipilin PSSI. "Kami sebagai operator kompetisi hanya melaporkan. Sedangkan urusan sanksi adalah ranahnya Komdis," kata Didied.
Didied mengatakan Bontang FC belum resmi mengundurkan diri dari LPIS. Sebab, surat pengunduran diri yang dilayankan Bontang melalui surat elektronik pada Senin (26/8) tidak dilengkapi dengan tanda tangan. "Belum kita anggap resmi. Karena surat resminya memang belum ada," tambah dia.
Bontang memutuskan mundur dari LPI karena menilai LPIS sebagai operator tidak siap dalam menjalani kompetisi musim ini. Selain banyak klub yang WO (walk-over), LPIS juga dinilai kerap melakukan keputusan sepihak dalam menetapkan jadwal pertandingan.
Didied menampik tudingan tersebut. Ia mengatakan LPIS selalu berkomunikasi kepada klub-klub dalam menentukan jadwal. Buktinya, tambah Didied, putaran pertama LPI telah selesai digulirkan. Sedangkan mengenai tindakan kepada klub yang WO, ia mengatakan itu merupakan wilayahnya Komdis.