REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris, David Cameron tidak mendapat dukungan suara yang cukup di parlemen untuk melancarkan rencananya menyerang Suriah. Dia dan koalisinya gagal melewati mosi yang akan memberi izin aksi militer dengan suara penolakan 272 dari 285 suara.
Hasil pemilihan pada Kamis malam tidak mengikat. Tetapi, dalam prakteknya penolakan serangan militer tersebut membuat Cameron sulit melakukan rencananya.
Menteri Pertahanan Inggris, Philip Hammond mengatakan Inggris tidak akan mengambil bagian dalam aksi militer. "Saya berharap kami akan membawa argumen tetapi kami memahami ada kecurigaan yang dalam untuk keterlibatan di Timur Tengah," ujarnya dikutip Al-Jazeera, Jumat (30/8).
Amerika Serikat, ujarnya, akan kecewa dengan tidak ikutnya Inggris dalam serangan. "Tapi saya tidak berharap tidak hadirnya partisipasi Inggris akan menghentinkan semua tindakan," ujarnya.
Dalam pernyataan kepada parlemen, Cameron mengatakan orang-orang Inggris tidak ingin melihat aksi militer. Dia kemudian menyimpulkan hasil pemungutan suara di parlemen merefleksikan keinginan warga Inggris.
Dalam undang-undang Inggris, Cameron sebenarnya dapat mengabaikan parlemen. Namun, dia butuh pemungutan suara lagi untuk melakukan rencananya.
Awal pekan ini, Cameron terlihat siap bergabung dengan Washington untuk aksi militer melawan Assad yang dituduh menggunakan senjata kimia. Namun, niat itu kehilangan momentum setelah Partai Buruh Inggris menentang rencana serangan.