REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Bank Indonesia (BI) menyatakan kenaikan suku bunga acuan BI Rate akan berdampak pada bank-bank dengan pertumbuhan kredit tinggi. BI kembali menaikan suku bunga acuan BI Rate sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 7 persen. Sementara itu, suku bunga Deposit Facility (Fasbi) naik sebesar 50 bps menjadi 5,25 persen.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan bank-bank yang tumbuh terlalu tinggi akan langsung terkena dampak. "Yang lain sudah paham. Sudah tidak di atas 20 persen," ujar Agus, Jumat (30/8). Kenaikan BI Rate, menurut dia, akan direspons dengan penyesuaian pertumbuhan.
Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) Juni yang diterbitkan BI, pertumbuhan kredit telah melambat. Pertumbuhan kredit bank umum hanya sebesar 20 persen yoy pada Juni. Penyaluran kredit tercatat sebesar Rp 2.982 triliun di Juni 2013. Penyaluran kredit pada Juni 2012 sebesar Rp 2.470 triliun.
Sementara itu, pertumbuhan kredit pada Mei sebesar 21 persen yoy. Penyaluran kredit bank umum tercatat sebesar Rp 2.909 triliun di Mei 2013. Pada Mei 2012, penyaluran kredit sebesar Rp 2.403 triliun.
Agus mengatakan BI telah melakukan stress test pada perbankan di Indonesia. Hasilnya, perbankan di Indonesia memiliki rasio modal yang baik, rasio kredit bermasalah (NPL) rendah dan likuiditas yang baik.
Per Juni, NPL secara gross masih terjaga di level 1,9 persen jauh di bawah batas maksimal yang ditetapkan sebesar 5 persen. "Kenaikan BI Rate tidak akan membuat tekanan yang mengkhawatirkan di perbankan kita. Kita bersama pemerintah akan terus jaga perekonomian," ujar Agus.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan bahwa BI tidak akan memberikan tekanan. Ia memproyeksikan pertumbuhan kredit akan turun menjadi 18 persen.