Jumat 30 Aug 2013 18:49 WIB

Snowden Kembali Beberkan Program Spionase AS

Rep: Bambang Noroyono/ Red: A.Syalaby Ichsan
Edward Snowden
Foto: AP Photo/Human Rights Watch, Tanya Lokshina
Edward Snowden

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Buronan Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) Edward Snowden kembali membeberkan dokumen rahasia AS. Kali ini laki-laki 30 tahun itu merilis dokumen tersebut kepada Washington Post.

Dokumen teranyar tersebut merinci program Blind Spot dan Black Badget dalam kegiatan spionase Paman Sam tersebut. Washington Post mengatakan, program rahasia CIA membutuhkan dana 52,6 miliar dolar AS. Itu setara dengan Rp 586 triliun. Dana itu disebutkan sebagai Black Budget.

Bagai uang tidak bertuan dan tidak jelas asal-usulnya. Dana tersebut adalah dialokasikan tahun ini dalam kegiatan spionase yang bernama Blind Spot, dengan melibatkan lebih dari 107 ribu personil intelijen dan karyawan.

Blind Spot merangkum lima kegiatan utama spionase AS. Antara lain dikatakan, adalah persoalan Usamah Bin Laden, Pakistan dan Korea Utara (Korut). Media kenamaan di AS itu, menuliskan aksi memata-matai Pakistan.

Dikatakan, CIA punya kegiatan terselubung memastikan posisi Pakistan di kawasan dan untuk kepentingan AS. Pakistan memang dekat dengan Washington. Bahkan, AS membiarkan Islamabad mengembangkan instalasi nuklir.

Tapi AS tidak begitu saja percaya dengan Pemerintahan di Islamabad. Pakistan dianggap belum memberikan kepatuhan penuh terkait instalasi nuklirnya. ''AS tidak percaya dengan Pakistan dalam persoalan nuklir,'' tulis Washington Post, seperti dikutip USA Today, Jumat (30/8).

Soal lain, CIA juga ''meneror'' fasilitas nuklir miliki Korut. Dikatakan, AS punya akses terselubung untuk mengetahui aktivitas seismik di Pyongyang. Pengawasan di negara tertutup itu tidak dilakukan di lapangan, melainkan melalui citra satelit dan kondisi tanah.

''AS aktif mengambil sampel udara, dan tanah. Ada dugaan tentang uji coba nuklir Korut yang tidak terdeksi ke udara. Melainkan ke dalam tanah,'' kata Washington Post. Selain Pakistan dan Cina, negara lain yang menjadi prioritas spionase AS dikatakan adalah Cina dan Rusia.

Dua negara itu dianggap ancaman paling serius dalam soal dominasi dan pengaruh AS di masa mendatang. Washington tidak yakin dengan kebijakan bersahabat Moskow pascatumbangnya Uni Soviet. Sedangkan Beijing sedang mengencangkan teknologi militer. Terutama di bidang luar angkasa.

Hizbullah dan Al-qaidah dikatakan tetap menjadi organisasi non-pemerintah yang menjadi ancaman paling serius bagi AS. Persoalan Bin Laden, Washington Post melansir, beberapa bulan setelah kematian Bin Laden, CIA menarik dana 2,5 juta milik taipan asal Arab Saudi itu dengan 36 komputer berbeda.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement