Sabtu 31 Aug 2013 13:28 WIB

Komite Tolak Kemungkinan Pemenang Konvensi Cuma Cawapres

Rep: dyah ratna meta novi/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Ketua Komite Konvensi Partai Demokrat Maftuh Basyuni (kiri berpeci) saat akan menyerahkan surat keputusan penetapan peserta konvensi kepada perwakilan peserta (kanan) di Wisma Kodel Jakarta, Jumat (30/8). Komite Konvensi Partai Demokrat menetapkan 11 calon
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Ketua Komite Konvensi Partai Demokrat Maftuh Basyuni (kiri berpeci) saat akan menyerahkan surat keputusan penetapan peserta konvensi kepada perwakilan peserta (kanan) di Wisma Kodel Jakarta, Jumat (30/8). Komite Konvensi Partai Demokrat menetapkan 11 calon

REPUBLIKA.CO.ID, Muncul saran agar Partai Demokrat memperhitungkan setiap kemungkinan, termasuk bila calon presiden yang mereka pilih dalam konvensi di bawah elektabilitas capres partai lain.

"Kalau pemenang konovensi elektabilitasnya tetap kecil, pemenang konvensi harus mau diturunkan posisinya, misalnya jadi wakil presiden, dan berkoalisi dengan partai lain," kata Mantan Ketua Harian Konvensi Partai Golkar Slamet Effendi Yusuf, dalam diskusi bertajuk 'Konvensi, Audisi Penuh Teka-teki' di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (31/8).

Hanya saja saran Slamet langsung ditolak oleh anggota Komite Konvensi Partai Demokrat, Hinca Panjaitan. Menurut Hinca, komite konvensi telah diberi tugas oleh majelis tinggi partai untuk menyelenggarakan konvensi sesuai tata tertib hingga akhir.

"Kami sepakat menghasilkan capres yang harus jadi. Yang kami jual ini harus jadi capres ke-7, dan kami akan jual 11 nama itu sebagus-bagusnya," ujar Hinca.

Komite Konvensi sudah menetapkan 11 peserta. Mereka adalah anggota BPK Ali Masykur Musa, Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan dan Menteri BUMN Dahlan Iskan. Kemudian Duta Besar RI untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal, Mantan Panglima TNI Endriartono Sutarto, dan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan.

Ada juga anggota DPR RI Hayono Isman, Ketua DPD Irman Gusman, Ketua DPR RI Marzuki Alie, Mantan KSAD Pramono Edhie Wibowo, dan terakhir Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement