REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Tingginya harga kedelai tidak menjadi hambatan bagi perajin tahu dan tempe di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.
"Para perajin tahu dan tempe terus berproduksi dan hal ini terlihat dari banyaknya pedagang tahu dan tempe di sejumlah pasar tradisional di Mataram," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Wartanke pada wartawan di Mataram, Ahad.
Harga kedelai kini mencapai lebih dari Rp 9.000 per kg atau naik dari harga semula yang hanya Rp 6.000 per kg.
Dia mengatakan, bahan baku kedelai kebanyakan dari impor sementara kedelai lokal sangat tidak mencukupi karena produksinya kecil, apalagi di Kota Mataram lahan pertanian untuk menanam kedelai kini sudah banyak beralih fungsi untuk kegiatan pebangunan.
Sentra kerajinan tahu dan tempe di Kota Mataram cukup banyak antara lain di Kekalek, Abian Tubuh, Taman, Ampenan dan Cakranegara dengan jumlah bahan baku yang dihabiskan lebih dari 10 ton.
Produksi tahu dan tempe yang cukup terkenal adalah di Kekalik, karena disamping bisa tahan lama juga rasanya enak, sehingga tahu dan tempe Kekalik dikirim hingga luar Pulau Lombok.
Menurut Wartan, pemerintah hampir sama sekali tidak memberikan bantuan atau subsidi untuk mahalnya harga bahan baku kedelai terhadap perajin tahu dan tempe, karena hal ini terjadi secara nasional.
Produksi tahu dan tempe para perajin dijual keberbagai pasar tradisional seperti pasar tradisional Kebun Roek, Ampenan, Karang Sukun, Cemara, Dasan Agung dan pasar Cakranegara.
"Tahu tempe hasil perajin Kota Mataram dikemas dengan berbagai kemasan ada yang menggunakan plastik dan ada pula yang menggunakan daun pisang dengan harga bervarisasi antara Rp 1.000 per biji hingga Rp 5.000 per biji," katanya.