REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pohon Cengkeh Afo yang tumbuh di kaki pengunungan Gamalama, Ternate, Maluku Utara, tidak hanya dimanfaatkan buahnya. Masyarakat Ternate khususnya, sangat terbantu dengan kehadiran cengkeh ini untuk menjaga kelestarian lingkungan dari ancaman banjir dan erosi hutan.
Cengkeh yang generasi pendahulunya tumbuh sejak zaman penjajahan Belanda dan Portugis itu, kini masih bisa ditemui di lereng-lereng perbukitan.
Kepala Dinas Pertanian Provinsi Maluku Utara (Malut), Gazali Westplat, mengatakan, karena akarnya mengikat tanah, cengkeh Afo sangat bisa menjadi penjaga hutan untuk mencegah erosi.
Cengkeh Afo, menurutnya, juga memiliki ketahanan yang lebih tinggi terhadap hama penyakit. Batang-batangnya cukup besar, kokoh dan tahan lama.
"Ini terbukti dari masa tumbuhnya yang bisa bertahan hingga ratusan tahun," ujar Gazali saat dihubungi, Sabtu (31/8) malam.
Kelebihan cengkeh Afo lainnya, kata dia, adalah kadar minyaknya banyak dan biji-biji buahnya besar. Karena itu, petani cengkeh di Malut cukup antusias menanam varietas cengkeh Afo.
Menurutnya, minat petani cengkeh cukup tinggi terhadap jenis cengkeh Afo, apalagi sejak diluncurkan pada 2010 lalu. Gazali mengatakan, ada beberapa jenis varietas lokal cengkeh yang dikembangkan di Maluku, namun Afo termasuk yang cukup diminati petani.
Dengan peremajaan cengkeh yang diklaim sebagai cengkeh tertua ini, Gazali berharap kejayaan Maluku sebagai penghasil rempah-rempah terkemuka bisa diraih kembali. Karena selain cengkeh, pemerintah setempat pun sudah mengembangkan rempah-rempah jenis lain, di antaranya buah pala.
"Tujuan kita memang ingin mengembalikan kejayan Maluku sebagai penghasil rempah-rempah," ujarnya.